dilema etik: advance directive

  1. 1.      Pengertian

Advance Directive adalah Instruksi spesifik yang dipersiapkan pada penyakit serius yang sudah lanjut. Dimaksudkan untuk menuntun pelayan kesehatan berdasarkan keinginan pasien jika pada suatu saat mereka tidak dapat menyatakan pilihan perawatan kesehatan yang mereka inginkan untuk masa depan.

Advance Directive adalahdokumen tertulis di mana seseorang dengan jelas menentukan bagaimana keputusan medis yang mempengaruhi dirinya harus diambil jika dia tidak mampu untuk melakukannya, atau untuk mengizinkan orang tertentu untuk membuat keputusan tersebut untuk dirinya

Advance directive dibuat pada saat pasien masih sadar penuh dan dapat mengambil keputusan secara rasional. Sedapat mungkin instruksi tersebut di dokumentasikan secara tertulis.

Advance Directive meliputi : living will, durable (or special) medical power of attorney , verbal advance directive. Manfaat Advance Directiveadalah:

–          menghargai otonomi pasien

–          menghindari keluarga pasien untuk mengambil keputusan yang sulit

–          sebagai arahan dan pegangan bagi dokter dan prawat untuk melakukan terapi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien. Untuk mengambil keputusan sebelumnya pasien  harus diberikan suatu pengarahan atau informasi.

 

  1. Jenis-Jenis Advance Directive

a. Living Will (Surat Wasiat)

Dokumen legal yang ditandatangani oleh pasien yang dilakukan dihadapan saksi, berisikan instruksi tentang intervensi pelayanan kesehatan yang diinginkan dan yang tidak diinginkan ketika pasien dalam kondisi terminal atau irreversible dan ia sudah tidak dapat berkomunikasi dan menyampaikan tentang keinginannya mengenai perawatan kesehatan.

b. Durable (or special) Medical Power of Attorney

Dokumen legal, dimana pasien menunjuk orang yang diberitanggung jawab (health care surrogate / proxy) dan diberi kekuatan untuk membuat keputusan mengenai pelayanan kesehatan jika pasien tersebut sudah tidak dapat membuat keputusan dan tidak dapat berkomunikasi lagi. Wali tersebut hanya diberi kekuasaan untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan tindakan medis, ia tidak diberi kekuasaan untuk membuat keputusan legal dan finansial.

c. Verbal Advance Directive

Merupakan bentuk advance directive yang paling banyak dijumpai. Pasien menyatakan keinginannya tentang perawatan menjelang akhir kehidupannya kepada orang-orang terdekatnya, misalnya: keluarga, healthcare provider, teman, dll.

 

  1. Keuntungan Advance Directive:
  1. a.      Keuntungan Bagi Pasien:

ü  Pasien dapat mengemukakan autonominya.

è  Kebebasan dari pasien untuk menentukan diri terhadap pilihan-pilihan alternatif terapi berdasarkan informasi yang diberikan oleh health care provider.

ü  Mengurangi kecemasan pasien terhadap tindakan-tindakan perawatan yang tidak ia inginkan.

ü  Mengurangi kecemasan dan rasa bersalah anggota keluarga. Dengan adanya advance directive dapat membantu mengambil keputusan terbaik yang sesuai dengan keinginan pasien.

  1. b.      Keuntungan Bagi Health Care Provider:

ü  Mengetahui apa yang diharapkan oleh pasien.

ü  Mengurangi tindakan terapi dan intervensi diagnostik yang tidak diperlukan.

ü  Mengurangi biaya perawatan.

ü  Mengurangi masalah tentang medikolegal.

 

 

Tindakan Dokter Untuk Membantu Pasien dalam Membuat Advance Directive:

–          Sebaiknya dokter melakukan diskusi advance directive kepada pasien, terutama pasien penyakit kronis yang memiliki resiko kelemahan fisik dan mental yang bersifat progresif, agar ia dapat membuat advance directive sebelum ia menjadi tidak dapat mengambil keputusan.

–          Dalam diskusi ini perlu diperhatikan kapan membicarakan masalah advance directive. Sebaiknya pembicaraan advance directive dilakukan sebelum mendiskusikan kabar buruk.

 

  1. Hal-hal yang perlu diperhatikan tentang advance directive:
  1. a.      Pemberian Informasi Kepada Pasien

Seberapa banyak informasi yang dibutuhkan pasien agar mereka mampu

membuat persetujuan yang sah?. Pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan minimal informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu :

a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis

b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan

c. Alternatif tindakan lain dan risikonya

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

Dengan mengacu kepada kepustakaan, KKI melalui buku manual ini

memberikan 12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan kepada pasien :

a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak diobati.

b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding) termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan.

c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak diobati.

d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan yang serius.

e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi, dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut.

f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih eksperimental.

g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan dimonitor atau dinilai kembali.

h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya.

i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan, maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang akan dilakukan.

j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut.

k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter lain

l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.

 

  1. b.      Bagaimana cara memberikan informasi kepada pasien?

Bagaimana cara anda memberikan informasi kepada pasien sama pentingnya dengan informasi apa yang akan anda berikan kepada pasien. Pasien tidakdapat memberikan persetujuan yang sah kecuali mereka telah diberitahu sebelumnya. Untuk membantu mereka membuat keputusan anda diharapkan mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:

a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang mereka. Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin merupakan suatu sikap yang penting, baik dia seorang profesional ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat bahwa dibutuhkan persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan interpreter bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang bersifat pribadi.

b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain apabila hal itu dapat membantu memberikan informasi yang bersifat rinci. Pastikan bahwa alat bantu tersebut sudah berdasarkan informasi yang terakhir. Misalnya, sebuah leaflet yang menjelaskan tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut akan membuat jelas kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan digunakan untuk berpikir lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak ada diskusi.

c. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan tape recorder

d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress ) agar diberikan dengan cara yang sensitif dan empati. Rujuk mereka untuk konseling bila diperlukan.

e. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam diskusi, misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada pasien maupun untuk turut membantu memberikan penjelasan.

f. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas.

g. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat klarifikasi, sebelum kemudian diminta membuat keputusan

  1. Sampai berapa lama persetujuan berlaku?

Tidak ada satu ketentuan pun yang mengatur tentang lama keberlakuan suatu persetujuan tindakan kedokteran. Teori menyatakan bahwa suatu persetujuan akan tetap sah sampai dicabut kembali oleh pemberi persetujuan atau pasien.

Namun demikian, bila informasi baru muncul, misalnya tentang adanya efek samping atau alternatif tindakan yang baru, maka pasien harus diberitahu dan persetujuannya dikonfirmasikan lagi. Apabila terdapat jedah waktu antara saat pemberian persetujuan hingga dilakukannya tindakan, maka alangkah lebih baik apabila ditanyakan kembali apakah persetujuan tersebut masih berlaku. Hal-hal tersebut pasti juga akan membantu pasien, terutama bagi mereka yang sejak awal memang masih ragu-ragu atau masih memiliki pertanyaan.

 

 

  1. d.      pastikan bahwa persetujuan dibuat secara sukarela

Persetujuan harus diberikan secara bebas, tanpa adanya tekanan dari manapun, termasuk dari staf medis, saudara, teman, polisi, petugas rumah tahanan/ Lembaga Pemasyarakatan, pemberi kerja, dan perusahaan asuransi. Bila persetujuan diberikan atas dasar tekanan maka persetujuan tersebut tidak sah. Pasien yang berada dalam status tahanan polisi, imigrasi, LP atau berada di bawah peraturan perundangundangan di bidang kesehatan jiwa/mental dapat berada pada posisi yang rentan. Pada situasi demikian, dokter harus memastikan bahwa mereka mengetahui bahwa mereka dapat menolak tindakan bila mereka mau.

 

  1. Contoh Formulir Advance Directive

Negara Bagian New Hampshire mengakui dua formulir petunjuk perawatan advance directives :

  1. Durable Power of Attorney for Health Care [Surat Kuasa Tanpa Waktu Tertentu untuk Perawatan Kesehatan]

DPOAH adalah Dokumen yang memberikan wewenang pada orang yang pasien tunjuk untuk bertindak sebagai health care agent  yang  membuat keputusan medis bagi pasien. Pasien  dapat menyertakan petunjuk tentang perawatan apa yang di inginkan atau tidak diinginkan, berapa lam  ingin mencoba pengobatan yang memungkinkan kesembuhan. Jika pasien  tidak menginginkan artificial feeding or hydration, hukum New Hampshire mengharuskan pasien  untuk menyatakannya dalam dokumennya.

Hal – hal yang tidak bisa dilakukan Helath care agent :

ü   Menyerahkan kepada lembaga negara (state institution)

ü   Sterilisasi

ü   Menghentikan pengobatan jika pasien hamil dan jika penghentian pengobatan itu memang besar kemungkinannya menggugurkan kehamilan, kecuali bila pengobatan tersebut akan secara fisik merugikan Pasien atau memperpanjang sakit parah yang tidak dapat diringankan oleh obat.

Pasien juga dapat menyatakan di dalam dokumen ini tentang perawatan/pengobatan apa pun yang tidak di inginkan, atau perawatan/pengobatan yang  ingin didapatkan. Health care agent   akan dimulai saat dokter menyatakan bahwa pasien tidak lagi mampu untuk membuat keputusan tentang perawatan kesehatan (lack capacity).

 

  1. Living Will [Surat Wasiat].

è Living Will [Surat Wasiat] menginstruksikan dokter untuk tidak memberikan pengobatan untuk memperpanjang hidup jika pasien  menderita penyakit yang bersifat terminal condition atau permanently unconscious. Jika pasien tidak menginginkan artificial feeding or hydration, hukum New Hampshire mengharuskan pasien  untuk menyatakannya dalam dokumennya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

CONTOH FORMAT

DURABLE POWER OF ATTORNEY FOR HEALTH CARE

Saya, _________, dengan ini menunjuk __________(Nama Wali Perawatan Kesehatan)

Bertempat tinggal di _____________(Alamat dan nomor telepon Wali Perawatan Kesehatan)

sebagai wali perawatan kesehatan saya untuk membuat semua keputusan tentang perawatan kesehatan bagi saya, kecuali jika saya menyatakan lain di dalam dokumen ini, atau sebagaimana dilarang oleh undang-undang. Durable Power of Attorney for Health Care ini akan berlaku jika

saya menjadi tidak mampu untuk membuat sendiri keputusan tentang perawatan kesehatan saya.

Jika orang yang saya pilih sebagai wali perawatan kesehatan saya tidak mampu, tidak bersedia, tidak berada di tempat atau tidak memenuhi syarat untuk bertindak sebagai wali perawatan kesehatan saya, saya memilih__________________________ bertempat tinggal di________________________(Nama wali perawatan kesehatan alternatif) (Alamat dan nomor telepon wali perawatan kesehatan alternatif)

 

Pernyataan Keinginan, Provisi Khusus, dan Batasan tentang Keputusan Perawatan Kesehatan

Beberapa pernyataan umum tentang mempertahankan atau meniadakan life-sustaining treatment diterapkan di dalam dokumen ini. Life-sustaining treatment (Pengobatan untuk memperpanjang hidup)didefinisikan sebagai suatu prosedur yang tanpa itu, orang tersebut akan meninggal. Antara lain adalah:resusitasi kardiopulmonari, pernafasan dengan bantuan mesin, dialisis ginjal atau penggunaan alat mesindan teknologi eksternal lainnya, obat-obat untuk menjaga tekanan darah, transfusi darah dan antibiotik.Jika saya ingin menunjukkan persetujuan atau ketidak-setujuan saya pada setiap pernyataan berikut, sayaakan melingkari pilihan saya dan membubuhkan paraf pada garis di sampingnya, dan memberikan kuasakepada wali perawatan kesehatan saya untuk bertindak dalam keadaan yang spesifik ini.

  1. Jika saya menjadi tidak mampu secara permanen untuk membuat keputusan tentang perawatan kesehatan, dan jika saya juga menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan, saya menguasakan kepada wali perawatan kesehatan saya untuk memberikan pengarahan agar pengobatan yang memperpanjang hidup saya diberhentikan. (Lingkari pilihan Anda dan bubuhkan paraf di sampingnya.)

YA ___________ TIDAK __________

(Paraf/inisial) (Paraf/inisial)

  1. Terlepas apakah penyakit saya bisa disembuhkan atau tidak, jika saya menjadi tidak sadar secara permanen, saya menguasakan wali perawatan kesehatan saya untuk memberikan pengarahan agar pengobatan yang memperpanjang hidup saya diberhentikan. (Lingkari pilihan Anda dan bubuhkan paraf di sampingnya.)

YA ___________ TIDAK __________

(Paraf/inisial) (Paraf/inisial)

  1. Saya menyadari, bahwa situasi bisa muncul di mana satu-satunya cara untuk membiarkan saya meninggal adalah dengan menghentikan nutrisi dan hidrasi artifisial. Dengan melaksanakan semua instruksi yang telah saya cantumkan di dalam dokumen ini, saya menguasakan wali perawatan kesehatan saya untuk memberikan pengarahan agar pilihan saya yang diindikasikan di bawah ini dihormati. Saya ingin hidup saya diperpanjang dengan asupan artifisial atau hidrasi artifisial.

YA ___________ TIDAK __________

(Paraf/inisial) (Paraf/inisial)

Jika asupan dan hidrasi artifisial telah dimulai, saya menginginkannya:

DIHENTIKAN __________ DILANJUTKAN __________

(Paraf/inisial) (Paraf/inisial)

Saya mengerti, bahwa jika saya tidak mengisi item nomor 3, wali perawatan kesehatan saya TIDAK akan memiliki kuasa untuk menghentikan asupan dan hidrasi artifisial.

Saya ingin diberi pengobatan yang diperlukan untuk mengendalikan rasa sakit saya, terlepas dari apa pun pilihan di atas.

YA ___________ TIDAK __________

(Paraf/inisial) (Paraf/inisial)

  1. Saya mengerti, bahwa dalam paragraf ini, saya dapat menuliskan keinginan spesifik yang saya kehendaki atau tidak kehendaki, dan dapat melampirkan halaman ekstra atau tidak menjawab pertanyaan.

Dalam kondisi apa yang Anda inginkan agar sasaran perawatan medis diubah dari upaya

mempertahankan hidup Anda ke fokus yang membuat Anda nyaman? Apa yang penting bagi

Anda bila Anda akan meninggal (kenyamanan, tidak ada rasa sakit, kehadiran keluarga,

musik, doa, sentuhan atau pelukan, dlsb.)? Apakah Anda ingin mengindikasikan jadwal waktuuntuk opsi mencoba pengobatan?

____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

 

 

Dengan ini saya mengakui bahwa saya sudah dibekali dengan pernyataan pengakuan yang

menjelaskan efek dari dokumen ini. Saya sudah membaca dan memahami informasi di dalam pernyataan pengakuan. Dokumen asli ini akan disimpan di_____________________ dan orang-orang dan  (Alamat)  lembaga berikut ini akan mempunyai salinan:

_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sebagai kesaksian dokumen ini, saya membubuhkan nama saya, tanggal _____ bulan ___________, 20___.

(Tanggal) (Bulan) (Tahun)

Ditanda-tangani oleh ____________________________________________

(Nama Anda)

Saya menyatakan, bahwa pemilik tampak sehat jasmani dan rohani serta bebas dari pemaksaan pada saat Surat Kuasa untuk Perawatan Kesehatan tanpa waktu yang ditentukan (Durable Power of Attorney for Health Care) ini ditanda-tangani, dan dengan demikian pemilik juga telah yakin bahwa ia memahami akan sifat dokumen ini serta penanda-tanganannya secara bebas dan suka-rela.

Saksi______________________________Alamat _________________________________

Saksi______________________________Alamat _________________________________

Diisi oleh notaris:

Negara bagian______________________ Distrik __________________________________

Dokumen berikut diakui di hadapan saya pada tanggal ______ bulan __________, 20___.

Notaris Publik /Keadilan demi perdamaian _________Izin saya berakhir pada: ______

Buat salinan dari kedua halaman ini, untuk dokter, rumah sakit, wali perawatan kesehatan dan keluarga Anda.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

CONTOH FORMAT

LIVING WILL (Surat Wasiat)

Pada hari ini, tanggal ________ bulan ________ Saya, _______________________________

dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, bersedia dan secara sukarela menyatakan, bahwa

kematian saya jangan diperpanjang secara artifisial karena pengobatan yang diberikan kepada

saya, jika terjadi hal-hal berikut:

ü  Jika saya menderita penyakit, cedera atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau

ü  Jika saya tidak sadar secara permanen,

ü  Dan jika kondisi-kondisi ini dinyatakan oleh dua orang dokter yang telah memeriksa saya

secara langsung, yang mana salah satunya adalah dokter yang merawat saya,

ü  Dan jika dokter-dokter telah menentukan, bahwa saya akan meninggal jika tidak diberikan pengobatan yang memperpanjang hidup, atau bahwa saya akan tetap tidak sadar secara permanen,

ü  Dan jika pengobatan yang memperpanjang hidup ini kecuali pengobatan artifisial, akan

membuat kematian menjadi semakin lama.

Saya memerintahkan agar pengobatan yang memperpanjang hidup ini tidak diberikan, atau dihentikan, dan bahwa saya meninggal secara alami, hanya dengan prosedur pengobatan, sustenansi atau medis yang penting untuk memberi kenyamanan bagi saya.

 

Saya menyadari, bahwa situasi bisa muncul di mana satu-satunya cara untuk membiarkan saya

meninggal adalah dengan menghentikan nutrisi dan hidrasi artifisial (cairan). Saya menyatakan,

bahwa (lingkari pilihan Anda dan bubuhkan paraf/inisial di sampingnya):

 

 

Saya ingin hidup saya diperpanjang dengan asupan artifisial atau hidrasi artifisial.

YA ___________ TIDAK __________

(Paraf/inisial) (Paraf/inisial)

Jika asupan dan hidrasi artifisial telah dimulai, saya menginginkannya:

DIHENTIKAN __________ DILANJUTKAN __________

(Paraf/inisial) (Paraf/inisial)

Jika saya tidak dapat memberikan pengarahan tentang penggunaan pengobatan yang memperpanjang hidup, maka saya bermaksud bahwa pernyataan saya ini dihormati oleh keluarga dan dokter-dokter saya sebagai ketegasan final atas hak saya untuk menolak pengobatan atau operasi dan untuk menerima konsekuensi atas penolakan tersebut. Saya mengerti dampak sepenuhnya dari pernyataan ini, dan secara emosi dan secara mental saya mampu untuk membuat pernyataan ini.

Ditandata-tangani oleh ___________________________________

(Nama Anda)

 

  1. Issu Etik: Kasus Advance Directive

Sebuah kasus baru-baru ini terjadi di Carolina Utara membahas masalah  apakah  harus menghormati keinginan pasien yang tidak mau mempertahankan kehidupannya. Kasus nya saat ini masih di tingkat pengadilan, dan pihak keluarga mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi sebelum mendapatkan jawaban pasti. Kasus ini dialami oleh wanita berusia 27 tahun yang bernama Tina, yang berada dalam keadaan mati serebral dimana terjadi kematian jaringan diotak besar sebagai akibat dari komplikasi setelah menjalani operasi. Sebelum operasi, Tina telah menandatangani dokumen Living Will (surat wasiat) untuk menunjukkan bahwa dia tidak ingin menggunakan alat pembantu atau pendukung agar ia tetap hidup jika situasi buruk terjadi. Orangtuanya menggugat rumah sakit  dengan tuduhan malpraktek dan meminta ganti rugi sebesar $ 48 juta untuk nyeri dan penderitaan putri mereka serta untuk biaya pengobatan yang berlangsung selama masa hidupnya diproyeksikan nya 50 tahun lagi. Rumah sakit memutuskan untuk mengabaikan permintaan sebesar $ 48 juta, dengan alasan bahwa orang tua Tina hanya menginginkan bantuan hidup dengan meminta uang yang sangat banyak dari rumah sakit. Hakim pengadilan memutuskan bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab untuk membayar sekitar $ 48 juta dalam kasus tersebut. Masalah ini naik banding, tetapi gugatan malpraktek yang mendasari gugatan ini tidak mempengaruhi putusan yang telah dibuat.

Jika kasus ini naik banding ke pengadilan yang lebih tinggi, banyak pengacara, penyedia layanan medis, dan warga negara yang tertarik untuk  menunggu hasilnya. Kasus ini memiliki potensi menjawab setidaknya beberapa pertanyaan hukum dan etika, juga memberi petunjuk terhadap masalah kehidupan yang telah diperdebatkan di Carolina Utara selama bertahun-tahun. Beberapa masalah hukum / etika potensial yang mungkin timbul antara lain:

  • Apakah peran keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengakhiri kehidupan?
  • Apakah peran dari advance directive dalam pelayanan kesehatan disaat kondisi pasien memburuk?
  • Apakah yang dimaksud dengan living will (surat wasiat)?
  • Haruskah surat wasiat itu wajib dilakukan?
  • Jika ada konflik antara surat wasiat dan kuasa hukum tenaga kesehatan, dokumen apa yang harus jadi patokan atau kontrol?

 

Apa peran keluarga dalam mengambil keputusan end-of life?

Jika pasien tidak memiliki advance directive, anggota keluarga (diprioritas anggota keluarga yang paling dekat) memiliki hak untuk mengambil keputusan medis, termasuk hak untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri sistem pendukung kehidupan. Jika ada advance directive,bagaimana peran nya, apakah anggota keluarga berhak merubahnya? di Carolina Utara tidak ada undang-undang yang membahas peran anggota keluarga jika advance directive sudah dibuat, dan bisa dikatakan keluarga memiliki peran apapun. Bagaimanapun, keluarga sering memainkan peran penting dalam mengambil keputusan end-of-life, terlepas dari apakah ada advance directive atau tidak. Bukti menunjukkan bahwa banyak dokter akan menunda melaksanakan surat wasiat  jika keluarga menolak tindakan tersebut. Banyak dokter melaporkan bahwa mereka melakukannya karena kasihan kepada keluarga, dan memberi waktu beberapa hari kepada keluarga untuk memikirkan kembali sehingga membantu mereka membuat keputusan. Dokter juga mengatakan mereka khawatir akan dituduh melakukan malpraktek jika mereka memutuskan mengakhiri sistem pendukung kehidupan terlalu dini.

Seperti yang terjadi pada kasus Tina,  keluarga menolak tindakan  untuk mengakhiri sistem pendukung kehidupan mungkin didorong oleh faktor ekonomi. Kasus Tina layak dipertaruhkan dengan jutaan dolar, tetapi semakin keluarga melaporkan kasus tersebut dan menentang mengakhiri sistem pendukung kehidupan maka keluarga akan kehilangan  penyedia pelayanan kesehatan, Jaminan Sosial pasien atau cek kecacatan. Untuk alasan yang sama, beberapa keluarga juga menolak memindahkan pasien untuk dirawat dirumah dan memilih untuk tetap dirawat dirumah sakit karena dibiayai oleh program Medicare. Medicaid, yang meliputi perawatan rumah, akan mengalihkan pendapatan pasien untuk membayar biaya. Jadi, apakah itu untuk jutaan dolar atau cek subsisten, keluarga mungkin memiliki motif ekonomi di balik keputusan end of life  yang mereka buat untuk orang-orang terkasih. Kasus Tina menjanjikan penyelesaian masalah ini, setidaknya dalam kasus di mana ada penyelesaian mengenai surat wasiat.  .

Di sisi lain, keluarga adalah pihak yang paling berhak dan mengikuti kehendak hidup orang yang dicintainya. Sementara beberapa keluarga termotivasi oleh keinginan tulus untuk menghormati keinginan orang yang dicintainya tersebut, beberapa juga termotivasi oleh karena masalah ekonomi. Pertimbangan kasus berikut, yang semuanya didasarkan pada informasi yang diberikan kepada penulis oleh seseorang terlibat dalam kasus ini :
• Seorang anggota keluarga tidak membawa anggota keluarganya yang terkena serangan jantung ke pelayanan Darurat Medis karena pasien memiliki surat wasiat. Penyedia layanan kesehatan kemudian menemukan bahwa anggota keluarga akan mewarisi banyak harta jika pasien telah meninggal (jika dibawa ke rumah sakit pasien akan pulih dari serangan jantung).

 
• Sebuah keluarga bersikeras bahwa suami mereka / ayah tidak lagi menggunakan sistem pendukung kehidupan seperti yang diungkapkan dalam surat wasiat, meskipun kekhawatiran dokter bahwa itu terlalu dini untuk membuat penentuan itu. Keluarga mengancam akan membuat gugatan dan tidak akan melunasi tagihan medis. Ketika Pasien sudah pulih, dokter akan menjelaskan bagaimana keluarganya bersikeras melakukan tindakan tersebut untuk menghormatisurat wasiat.
• Seorang pekerja sosial rumah sakit menemukan kasus dimana mereka meyakini surat wasiat pasien dibuat oleh anggota keluarga yang berharap untuk mewarisi mobil pasien.

 

Mendefinisikan peran keluarga dalam pengambilan keputusan end-of-life adalah masalah yang kompleks yang akan membutuhkan solusi kreatif untuk menemukan keseimbangan antara mengakomodasi keprihatinan yang sah keluarga dan mencegah penyalahgunaan proses.
Apakah peran dari advance directive dalam pelayanan kesehatan disaat kondisi pasien memburuk?

Kasus Tina menyoroti masalah yang semakin sering ditanyakan oleh politisi, penyedia layanan medis, ekonom, dan pembayar pajak. Dimana kebutuhan untuk perawatan medis jauh melebihi dari kemampuan untuk membayar. Untuk itu, bagaimana sistem memprioritaskan kebutuhan? Apakah etis untuk menyelamatkan seseorang yang berada dalam keadaan mati serebrum dengan sistem pendukung kehidupan selama 50 tahun ketika sumber daya dapat digunakan untuk membantu orang lain untuk menjaga kualitas hidup? Namun pengadilan akhirnya dapat membuat keputusan dalam kasus Tina, kebijakan publik cenderung memiliki pengaruh yang signifikan.

 

 

 

Apakah yang dimaksud dengan surat wasiat?

Pengacara di Carolina Utara telah memperdebatkan selama beberapa tahun tentang apakah surat wasiat harus memenuhi persyaratan hukum yang ditetapkan dalam undang-undang. Beberapa berpendapat bahwa cukup hanya dengan pernyataan verbal yang disampaikan ke dokter untuk melaksanakan keinginan pasien dan sanksi dari akibat terhadap penyedia medis yang gagal untuk menghormati pernyataan verbal tersebut. Posisi ini ekstrim dan tidak didukung oleh otoritas. Pengacara sebagian besar setuju bahwa persyaratan hukum harus dipenuhi, tapi ada ruang untuk berdebat atas apa arti dari persyaratan tersebut.

Dalam kasus Tina, pengacara yang mewakili orang tuanya sepertinya mencari alasan atas banding untuk mendiskreditkan surat wasiat tersebut. Jika tidak memenuhi semua persyaratan di bawah hukum Carolina Utara, akankah surat wasiat itu tetap dilaksanakan, atau akankah keinginan orangtua Tina akan menang? Kasus ini menggambarkan pentingnya melaksanakan advance directive sehingga sesuai dengan hukum negara. Benar, dalam banyak kasus mungkin tidak masalah. Keluarga dan dokter setuju untuk mengakhiri sistem pendukung kehidupan yang memungkinkan pasien untuk pergi secara perlahan.

 

Haruskah surat wasiat itu wajib dilakukan?

Haruskah penyedia layanan medis diminta untuk mengikuti isi surat wasiat pasien? Bahasa hukum di Carolina Utara adalah diskresioner – “cara yang luar biasa atau nutrisi buatan atau hidrasi, sebagaimana ditentukan oleh pemberitahu, dapat ditangguhkan atau dihentikan pada arah dan di bawah pengawasan dokter yang hadir.” (N.C.G.S. § 90-321 (b) (2)) (penekanan ditambahkan).

Beberapa negara telah mengadopsi skema wajib, yang memungkinkan penyedia layanan medis menolak untuk menjalankan surat wasiat pasien atas dasar “keyakinan agama yang  tulus atau keyakinan moral yang tulus.” Penyedia medis harus segera memberitahu orang yang tepat dari penolakan-nya untuk menghormati keputusan dan membantu dalam memindahkan pasien ke penyedia layanan kesehatan lainnya. (General Statutes of West Virginia § 16-30,12).

Legislasi Carolina Utara tidak memiliki ketentuan yang serupa, mungkin karena pembuat draft bermaksud bahwa itu menjadi keputusan dalam kebijaksanaan penyedia medis.  Dalam kasus Tina, penyedia medis dalam peran sebaliknya, dengan alasan bahwa hal itu bertentangan dengan kebijakan publik dengan mengesampingkan keinginan tertulis pasien. Keluarga ada dalam posisi yang menyatakan bahwa menghormati keinginan hidup Tina akan sangat diskresioner. Menarik untuk melihat apakah pengadilan dalam kasus Tina akan mencoba untuk mendamaikan bahasa discretionary undang-undang Carolina Utara dengan hak konstitusional pasien untuk menolak mendukung kehidupan dan perawatan medis.

 

Jika ada konflik antara surat wasiat dan kuasa hukum tenaga kesehatan, dokumen apa yang harus jadi patokan atau kontrol?

Menurut hukum Carolina Utara, jika pasien memiliki keduanya yaitu surat wasiat dan pengacara penyedia pelayanan kesehatan, surat wasiat akan mengontrol jika ada konflik antara keduanya. Aturan ini berasal dari kondisi dimana pengacara semakin banyak menyarankan klien mereka untuk mengeksekusi keinginan hidup yang  mendukung kekuatan pengacara penyedia layanan kesehatan. Pengacara penyedia layanan kesehatan memberikan fleksibilitas lebih untuk surat wasiat, memberikan ruang kepada klien untuk mengontrol pada kondisi dimana sistem pendukung kehidupan dapat dihentikan. Selama agen perawatan kesehatan bersedia untuk melakukan advokasi pada kepentingan pasien, kuasa pengacara penyedia layanan kesehatan, tanpa surat wasiat, memberikan asuransi terbesar bahwa keinginan pasien akan dihormati.

Apa yang terjadi jika agen perawatan kesehatan memilih untuk tidak melakukan advokasi atas kepentingan pasien? Dalam kasus Tina, perwakilan hukumnya (orang tua) memiliki kepentingan yang merugikan keinginannya untuk tidak mempertahankan sistem pendukung kehidupan, artinya orang tua Tina ingin tetap menggunakan alat sebagai pendukung kehidupan nya.Surat wasiat berbicara sebaliknya, dan tanpa surat wasiat keinginan Tina tidak akan didengarkan. Apakah orangtuanya memiliki hak untuk mencabut surat wasiat? Masih diperdebatkan. Apakah kekuatan ini meluas ke perwakilan hukum lainnya?

 
Kembali kepada pertanyaan – dokumen mana yang harus mengontrol? Saat ini di Carolina utara, surat wasiat akan mengontrol jika ada konflik antara dua dokumen. Namun, jika agen perawatan kesehatan atau perwakilan hukum lainnya dapat mencabut surat wasiat, apa artinya mengatakan bahwa surat wasiat akan mengontrol jika ada konflik? Mungkin pertanyaan yang paling penting adalah apakah orang yang melaksanakan dokumen dapat mengandalkan agen perawatan kesehatan untuk memfasilitasi keinginannya agar dapat dilakukan.

Kesimpulan
Kasus Tina, jika mengajukan banding, dapat membantu mengatasi beberapa pertanyaan yang muncul dalam editorial ini. Reformasi legislatif juga diperlukan. Sementara itu, pikiran dan doa-doa kita untuk Tina, yang sama sekali tidak menyadari dampak yang  ia hadapi di hukum Carolina Utara.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

  1. Advance Directive adalahdokumen tertulis di mana seseorang dengan jelas menentukan bagaimana keputusan medis yang mempengaruhi dirinya harus diambil jika dia tidak mampu untuk melakukannya, atau untuk mengizinkan orang tertentu untuk membuat keputusan tersebut untuk dirinya.
  2. Advance directive dibuat pada saat pasien masih sadar penuh dan dapat mengambil keputusan secara rasional. Sedapat mungkin instruksi tersebut di dokumentasikan secara tertulis.
  3. Advance Directive meliputi : living will, durable (or special) medical power of attorney , verbal advance directive. Manfaat Advance Directiveadalah: menghargai otonomi pasien, menghindari keluarga pasien untuk mengambil keputusan yang sulit, sebagai arahan dan pegangan bagi dokter dan prawat untuk melakukan terapi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien. Untuk mengambil keputusan sebelumnya pasien  harus diberikan suatu pengarahan atau informasi.
  4. Kasus advance direktive masih jarang ditemukan di Indonesia, dan masih jadi perdebatan karena belum adanya Undang-undang yang jelas untuk mengatur tindakan Advance directive.
  5. Kasus Tina, jika mengajukan banding, dapat membantu mengatasi beberapa pertanyaan yang muncul dalam editorial ini. Reformasi legislatif juga diperlukan. Sementara itu, pikiran dan doa-doa kita untuk Tina, yang sama sekali tidak menyadari dampak yang  ia hadapi di hukum Carolina Utara.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

American Medical Association, Shape Your Health Care Future With Health Care Advance Directives. www.ama-assn.org.

AARP Webplace. Advance Directives: How Do I Get Started? www.aarp.org.

Charles P. Sabatino, ABA Commission on Legal Problems of the Elderly, 10 Legal Myths About Advance Medical Directives. www.abanet.org.

Philip Hebert, Doing Right: A Practical Guide to Ethics for Medical Trainees & Physicians. (Oxford U. Press, 1996)

Steven W. Rickard, Advance Medical Directives: Your Wishes for Future Medical Care. (Kraves Communications, 1996) .

Schwab, Carol. 2003. Editor’s Corner: Ethical issues of advance directives. The Forum for Family and Consumer Issues 8(1). http://ncsu.edu/ffci/publications/2003/v8-n1-2003-january/editors-corner.php

Thomas A. Mappes and David DeGrazia, Biomedical Ethics, 4th Edition. (McGraw-Hill, 1996). http://www.uky.edu/Classes/PHI/305.002/advdir.htm

 

 

 

 

Paradigma Keperawatan

 

  1. 1.      PENGERTIAN PARADIGMA KEPERAWATAN

Paradigma merupakan pola atau skema yang mencoba mengorganisasikan atau menerangkan  suatu proses. Paradigma memiliki arti pengetahuan umum dimana didalamnya terdapat proses ilmiah umum yang secara historis mencerminkan berbagai keberhasilan dalam suatu disiplin.

Paradigma keperawatan merupakan suatu pedoman yang menjadi acuan dan mendasari pelaksanaan praktek keperawatan diberbagai tatanan kesehatan. Seperti halnya definisi paradigma secara umum, maka paradigma keperawatan merupakan serangkaian konsep yang bisa sama dan terdapat dalam berbagai disiplin keilmuan lain, tetapi tidak memiliki definisi umum yang dapat berlaku secara universal. Paradigma ini terdiri dari empat komponen yaitu manusia, sehat dan kesehatan, masyarakat dan lingkungan, serta komponen keperawatan.

  1. a.      Manusia

Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan keperawatannya bahwa manusia merupakan individu yang layak diperlakukan secara terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan individualitas, dalam berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang dapat mengancam kehormatan dan sifat kemanusiaannya. Perspektif keperawatan menjelaskan bahwa manusia merupakan pribadi-pribadi dan bukan obyek. Konseptualitas keperawatan tentang manusia dapat dibuktikan melalui model-model keperawatan tentang kemanusiaan, penghargaan terhadap manusia, dan perasaan sebagai manusia, yang telah berlaku sejak lama. Meskipun  demikian, mengkonseptualisasikan manusia sebagai suatu sumber energi atau beberapa set  sistem perilaku, atau memperlakukan pikiran dan perasaan manusia sebagai lingkungan internal dapat menimbulkan keraguan keperawatan untuk menerangkan tentang manusia secara jelas.

  1. b.      Sehat dan Kesehatan

Definisi  sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas penyakit menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi secara konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui interaksi positif dengan lingkungan. Kesehatan dipandang juga sebagai sebuah kisaran antara sehat dan sakit dimana individu memiliki suatu nilai yang berharga tentang kesehatan dan bukan semata-mata suatu fenomena empiris tentang kondisi seseorang.

Para teologis  berpendapat bahwa kesehatan bukan suatu elemen utama yang menjadi gambaran alami seorang individu, tetapi merupakan elemen tambahan bagi gambaran alami individu. Mereka menyatakan bahwa tingkat kesehatan individu dapat berbeda dan dapat dipersepsikan sebagai pelengkap yang bervariasi. Selain itu, makna kesehatan dikaitkan dengan dua elemen dasar proses kehidupan yaitu identitas diri dan perubahan diri.

Komponen paradigma tentang sehat & kesehatan dapat berkembang menjadi suatu pemahaman tentang “terciptanya suatu kondisi fisik dan psikologis seseorang yang bebas dari tanda dan keluhan akibat terjadinya masalah kesehatan, dimana orang tersebut dapat tetap memperlihatkan kinerja aktif, dinamis, dan efektif serta kemampuan untuk menyesuaikan diri. terhadap setiap tantangan dan ancaman yang datang baik dari dalam dirinya sendiri maupun lingkungannya, dan berkemampuan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan spmtualnya secara seimbang melalui upaya aktualisasi diri yang positif” .

  1. c.       Masyarakat dan Lingkungan

Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma keperawatan dimana setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga dianggap sebagai sumber terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan atau kondisi sakit seseorang. Orem (Marriner-Tomey, 1994) mengidentifikasi bahwa hubungan antara individu dan Iingkungannya serta kemampuan individu untuk mempertahankan kesehatan dirinya dapat dipenagruhi oleh lingkungan dimana individu itu berada. Individu selalu berada pada lingkungan fisik,  psikologis, dan sosial.

  1. d.      Keperawatan

MenurutHenderson, keperawatan merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit,  yang dibutuhkan sampai pulih kembali atau menjelang ajal, dimana individu  tidak mampu melaksanakan kegiatan kehidupannya akibat ketidak mampuan, ketidak mauan,  dan ketidak-tahuan (Marriner-Tomey, 1994).  Asuhan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan kepada klien (individu atau kelompok) yang sedang mengalami stress kesehatan – stress penyakit dimana situasi kehidupan yang seimbang menjadi terganggu dan menghasilkan tekanan (biologis, psikologis, dan sosial) serta ketidak-nyamanan.

Keperawatan dapat dipandang sebagi suatu proses kegiatan dan juga sebagai suatu keluaran kegiatan, tergantung dari cara memandang dan perspektif pandangan. Sebagai proses serangkaian kegiatan, maka keperawatan perlu mengorganisasikan, mengatur, mengkoordinasikan serta mengarahkan berbagai sumber (termasuk  klien didalamnya) untuk digunakan seefektif dan efisien mungkin dalam rangka memenuhi kebutuhan klien. Selain itu, untuk mengatasi masalah-masalah aktual dan potensial klien melalui suatu bentuk pelayanan keperawatan yang menekankan pada pengadaan fasilitasi interaksi klien dan lingkungannya.

Konseptualisasi keperawatan yang memfokuskan kepada proses interpersonal atau hubungan antar manusia telah mengarahkan keperawatan sebagai suatu pelayanan kesehatan yang menekankan pada hubungan saling menolong antar manusia.

 

  1. II.                PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT BEBERAPA PAKAR
  2. a.      Paradigma Keperawatan menurut Betty Neuman

Manusia :

Fokus model Neuman ini didasarkan pada philosophy bahwa manusia dipandang secara total sebagai suatu sistem yang multidimensional.

5 variabel subsistem manusia adalah :

  • Fisiologi : merupakan struktur fisik dan biokimia serta fungsi tubuh manuasia
  • Psikologis : adalah proses mental dan emosional manusia
  • Sosio kultural : hubungan antara manusia, culture yang mendasari dan mempengaruhi aktivitas manusia
  • Spiritual : kepercayaan
  • Perkembangan : segala sesuatu proses yang berhubungan dengan perkembangan manusia sepanjang siklus kehidupannya

Lingkungan :

Betty Neuman berpendapat bahwa lingkungan harus dilihat secara total. Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik lingkungan internal maupun eksternal, dimana di dalamnya manusia akan berinteraksi setiap saat. Interaksi manusia meliputi intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal yang dapat mempengaruhi stabilitasnya sebagai suatu sistem.

Neuman mengidentifikasi 3 jenis lingkungan :

  • Lingkungan internal : adalah yang terdapat di dalam diri masing-masnig individu
  • Lingkungan eksternal : segala sesuatu yang berada di lluar diri individu
  • Created environment (lingkungan yang diciptakan ) diartikan sebagai lingkungan yang terbentuk dan berkembang tanpa disadari oleh klien dan merupak simbol sistem secara keseluruhan

Kesehatan :

            Neuman melihat bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi dimana terdapat keserasian pada seluruh maupun sebagian variabel dalam diri klien. Menurutnya, sistem klien akan bergeser ke arah sakit dan kematian ketika banyak energi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, sedangkan sistem akan begeser ke arah kesehatan apabila energi yang dibutuhkan terpenuhi (Neuman, 1995).

Keperawatan :

Neuman memandang keperawatan sebagai suatu profesi yang unik yang konsentrasi/perhatiannya adalah terhadap semua variabel dalam diri klien disertai respon individu saat menghadapi suatu stressor.

Keperawatan didefenisikan sebagai suatu tindakan untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (tercapainya stabilitas sistem individu untuk menurunkan stressor melalui serangkaian tindakan keperawatan).

 

 

  1. b.      Paradigma Keperawatan menurut Dorothy E Johnson

Manusia :

Johnson berpendapat bahwa manusia memiliki dua sistem mayor yaitu sistem biologis dan sistem behavior. Pengobatan merupakan fokus untuk biologis sistem, sedangkan fokus keperawatan adalah behavioral system (sistem perilaku).

Lingkungan :

Lingkungan berhubungan dengan dimana individu berada, dimana perilaku individu dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi dilingkungannya.

Kesehatan :

Merupakan suatu keadaan dimana tercapai suatu respon yang adaptif secara fisik, mental, emosional dan sosial dari internal dan eksternal stimulus yang mencapai stabilitas dan kenyamanan.

Keperawatan :

Tujuan primer keperawatan adalah mempercepat tercapainya keadaan equilibrium dan perawat harus berkosentrasi pada semua kebutuhan klien secara terintegrasi, namun fokus utamanya adalah mempertahankan keseimbangan sistem perilaku ketika dalam keadaan sakit.

  1. c.       Paradigma Keperawatan menurut Dorothea Orem

Manusia :

Orem memandang manusia secara total dan bersifat universal, dimana mereka membutuhkan perkembangan dan kemampuan perawatan diri sendiri secara berkelanjutan. Manusia merupakan suatu kesatuan dari fungsi biologi, simbolik dan sosial.

Lingkungan :

Lingkungan meliputi elemen lingkungan, kondisi lingkungan serta perkembangan lingkungan.

Keperawatan :

Menurut Orem, keperawatan adalah suatu seni, pelayanan/bantuan dan teknologi. Tujuan dari keperawatan adalah membuat pasien dan keluarganya mampu melakukan perawatan sendiri, diantaranya mempertahankan kesehatan, mencapai kondisi normal ketika terjadi kecelakaan atau bahaya, serta mengontrol, menstabilisasi dan meminimalisasi efek dari pnyakit/kondisi yang kronis atau kondisi ketidakmampuan.

Kesehatan :

Sehat adalah suatu kondisi ketika keseluruhan struktur dan fungsi saling terintegrasi dengan baik. Hal ini memungkinkan manusia mampu menghubungkan berbagai macam mekanisme secara psikologis, fisiologis serta melakukan interaksi dengan orang lain.

 

  1. d.      Paradigma Keperawatan menurut Sister Calista Roy

Manusia :

Roy mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu sistem adaptif. Manusia dipandang sebagai makhlik bio-psiko-spiritual yang selalu berinteraksi dengan perubahan lingkungan, serta berinteraksi dengan menggunakan inisiasi bawaan dan mekanisme di dapat. Mereka termasuk individu, grup, keluarga, organisasi, komunitas.

Lingkungan – Stimulus :

Roy membedakan 3 jenis lingkungan, yaitu :

a. Fokal : mencakup lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi manusia

b. Kontekstual : adalah semua stimulus pada setiap situasi yang berkontribusi memberikan pengaruh terhadap lingkungan fokal.

c. Residual : adalah faktor yang efeknya tidak jelas dalam suatu kondisi

Menurut Roy, semua kondisi lingkungan tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku manusia.

Kesehatan :

Manusia dikatakan berada dalam suatu rentang sehat dan sakit, yang merupakan suatu dimensi yang tidak dapat dihindari oleh manusia.

Keperawatan :

Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan kemampuan individu dan keluarga terhadap 4 model adaptif, yang berkontribusi terhadap kesehatan, kualitas kehidupan, kematian dengan bermartabat dengan mengkaji perilaku dan faktor kemampuan adaptif.

  1. e.       Paradigma Keperawatan menurut Imogene King

Manusia :

Menurut King, manusia merupakan makhluk sosial yang rasional dan selalu ingin tahu. Manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, berpersepsi, perasaan, memilih dan menetapkan tujuan, serta membuat keputusan.

Karena itu, manusia memiliki 3 kebutuhan dasar :

– Manusia membutuhkan informasi kesehatan yang dapat digunakannya

– Manusia membutuhkan pencegahan terhadap sakit

– Manusia membutuhkan perawatan saat ia mengalami sakit

Lingkungan :

      Lingkungan merupakan latarbelakang interaksi manusia, terdiri atas :

– Lingkungan Internal : didalamnya terdapat transformasi energi yang akan memungkinkan manusia untuk mengatur perubahan lingkungan eksternal

– Lingkungan Eksternal : meliputi organisasi formal dan informal. Keperawatan merupakan bagian dari lingkungan klien.

Kesehatan :

Menurut King, kesehatan adalah suatu pengalaman dinamis pada kehidupan manusia, dimana hal tersebut merupakan penyesuaian terhadap adanya stressor lingkungan baik internal maupun eksternal dengan menggunakan sumber-sumber optimum sehingga dicapai potensi yang maksimum dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Keperawatan :

Keperawatan didefenisikan sebagai proses aksi, reaksi dan interaksi antara perawat dan klien yang saling tukar menukar informasi tentang persepsi keduanya dan kondisi keperawtan. Proses interaksi perawat-klien melibatkan komunikasi, menentukan tujuan, eksplorasi dan menyetujui makna dari tujuan.

– Aksi : didefenisikan sebagai perilaku mental dan phisic

– Reaksi : perilaku tidak spesifik, tapi bergantung pada perilaku aksi

– Tujuan keperawatan : membantu individu untuk mempertahankan kesehatan agar perannya dapat berfungsi

  1. III.             PERBEDAAN MENDASAR 5 PARADIGMA KEPERAWATAN

Berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan diatas, jika dicermati maka terdapat beberapa perbedaan mendasar pandangan ahli dalam menyikapi paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, sehat sakit dan keperawatan itu sendiri.

  1. Menurut Neuman

Neuman memandang manusia sebagai makhluk yang multidimensi, karena itu keperawatan harus berkonsentrasi terhadap seluruh aspek dari manusia. Keperawatan harus memperhatikan lingkungan internal maupun eksternal manusia, termasuk lingkungan yang tercipta dari interaksi manusia dengan lingkungan itu sendiri. Neuman memandang bahwa kesehatan adalah suatu keseimbangan antara seluruh aspek yang terdapat dalam diri manusia.

  1. Menurut Johnson

Johnson memandang manusia memiliki 2 aspek dasar yaitu aspek biologis dan aspek perilaku, dan kosentrasi/fokus utama keperawatan adalah mempertahankan keseimbangan sistem perilaku manusia.

  1. Menurut Orem

Orem juga memandang manusia sebagai makhluk universal yang membutuhakan perawatan sendiri sepanjnag kehidupannya, karena itu fokus utama keperawatan menurut orem adalah membuat manusia (individu, keluarga, masyarakat) mampu melakukan perawatan sendiri.

  1. Menurut Roy

Manusia dipandang sebagai makhluk yang adaptif, dan selalu berinterkasi dengan lingkungannya. Untuk itu tujuan utama keperawatan adalah meningkatkan respon adaptif manusia yang nantinya akan berkontribusi dalam kehidupannya.

  1. Menurut King

Manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu ingin tahu dan memiliki potensi untuk membuat keputusan sendiri. Fokus utama keperawatan adalah pada sharing informasi antara perawatan dan klien.

 

  1. IV.             HUBUNGAN KONSEP TEORI PARADIGMA DENGAN FALSAFAH KEPERAWATAN

Falsafah keperawatan adalah filosofi atau dasar yang masih bersifat abstrak dalam menjelaskan suatu konsep dalam keilmuan termasuk dalam keperawatan. Sedangkan paradigma sudah mulai merupakan suatu penjabaran terhadap apa yang terkandung didalam filosofi keperawatan, sehingga paradigma keperawatan dapat dijadikan suatu cara perawat memandang permasalahan yang ada dalam disiplin keperawatan. Jadi lahirnya sebuah paradigma keperawatan harus berdasarkan falsafah keperawatan.

 

  1. V.                PENERAPAN PARADIGMA KEPERAWATAN DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

Sebagai suatu profesi yang berbeda dengan profesi lain, keperawatan haruslah memiliki suatu cara pandang yang berbeda dalam menyikapi setiap permasalahan yang ada dalam profesinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan bentuk pelayanan profesional keperawatan, hendaknya perawat harus memperhatikan seluruh aspek yang termasuk dalam paradigma keperawatan, yaitu manusia sebagai makhluk holistik dan unik dengan segala macam kebutuhannya, lingkungan internal mapun eksternal yang didalamnya terdapat stressor-stressor yang akan mempengaruhi kondisi sehat dan sakitnya manusia. Sehingga keperawatan harus berperan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan membantu manusia berada dalam rentang kesehatan yang optimal.

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik, perawat juga hendak nya mengaplikasikan paradigma keperawatan yang tepat yang telah dikemukakan oleh para ahli disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga tujuan asuhan keperawatan akan tercapai. Sebagai contoh dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap, perawat menggunakan paradigma yang dikemukakan oleh Orem dimana perawat membagi pasien berdasarkan tingkat kemandirian pasien, sehingga asuhan  keperawatan dapat berjalan dengan maksimal dan efisien.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2002. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter and Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC:Jakarta.

Nicoll, L. H. (1992). Perspectives on nursing theory. Second  edition. Philadelphia: J. B. Lippincott Company.

Marriner-Tomey, A. (2004). Nursing theorists and their work. Sixth edition. St. Louis: Mosby Company.

 

 

Pengkajian Sistem Pernafasan

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Oksigen sangat dibutuhkan untuk bernafas dan hidup. Perawat sering menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fisiologi jantung mencakup pengaliran darah yang membawa oksigen dari sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke sistem pulmonar.

Fisiologi pernapasan meliputi: oksigenasi tubuh melalui mekanisme ventilasi, perfusi, dan transpor gas pernapasan. Pengaturan saraf dan kimiawi mengontrol fluktuasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan untuk memenuhi perubahan kebutuhan oksigen.

Kita membutuhkan unsur O2 untuk mengubah glukosa menjadi energi. Lewat prose respirasi, tubuh menangkap zat tidak berwarna, berbau, dan berasa untuk menyerap makanan, memulihkan kondisi tubuh, kekebalan dan menghancurkan sisa metabolisme.

Kekurangan oksigen menyebabkan metabolisme tubuh tidak sempurna. Semakin rendah oksigen yang diserap, semakin besar kemungkinan tubuh mengidap penyakit kronis. Kekurangan oksigen dalam tubuh menyebabkan penurunan stamina yang ditandai banyak gejala seperti mengantuk, kelelahan, pusing, kejang otot, depresi, dan gangguan pernafasan.

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien. Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distres pernapasan yaitu akut, sedang, dan ringan. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.

Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Dalam makalah ini, kelompok mencoba membahas dan memaparkan pengkajian holistik caring gangguan pernafasan pertukaran gas dan pernafasan.

B. Tujuan

  1. Menggambarkan struktur dan fungsi saluran nafas atas dan bawah
  2. Menggambarkan proses ventilasi, perfusi, difusi dan hubungannya dengan siklus paru
  3. Membedakan antar bunyi nafas normal dan abnormal
  4. Menggunakan parameter pengkajian yang tepat untuk membedakan karakteristik dan beratnya gejala umum disfungsi pernafasan dalam konteks holistic caring

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. A.      Struktur dan Fungsi Saluran Pernapasan

Fungsi utama sistem respirasi adalah menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel serta mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel secara terus menerus. Fungsi tambahannya adalah membantu pengeluaran air dan panas dari dalam tubuh, membantu meningkatkan aliran balik vena (sebagai pompa), dan membantu proses bicara (vokalisasi).

Respirasi dapat didefinisikan sebagai gabungan aktivitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida (hasil dari pembakaran sel). Fungsi dari respirasi adalah menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta mengeluarkan karbondioksida (CO2) hasil metabolisme sel secara terus-menerus.

­Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua:

  1. Pernapasan Dalam (Internal): yaitu pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cahaya cairnya.
  2. Pernapasan Luar (Eksternal): yaitu absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar.

Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu:

  1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Tract)
  • Lubang hidung (cavum nasalis)

Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago).Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel terebut mengeluatkan lendir  sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor.Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnnya terdapat ujung dari saraf kranial I (Nervous Olfaktorius).

  • Sinus paranasalis
  • ØSinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilaris.
  • Faring
  • ØFaring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (+ 13 cm) yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid.Faring digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti pada saat bernapas.
  • Laring
  • ØFungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring terdiri atas epiglottis, glottis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, pita suara.

Fungsi utama upper resporatory tract antara lain:

  1. Air conducton (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
  2. Protection (perlindungan), sebagai perlindungan saluran napas bagian bawah agar terhindar dari masuknya benda asing.
  3. Warming, filtrasi dan humudifikasi yakni sebagai bagian yang menghangatkan, menyaring, dan member kelembapan udara yang diinspirasi (dihirup).
  1. 2.    Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Respiratory Tract)
  • Trakhea
  • ØTrakhea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebrae torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua brobkhus.Ujung cabang trakhea disebut carina.Trakhea memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C.
  • Bronkus dan Bronkhiolus
  • ØBronkus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus yang berakhir di alveoli tidak mengandung kartilago.Tidak adanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps.
  • ØSaluran Respiratorius Terminal
  • Alveoli
  • ØAlveoli merupakan kantung udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Fungsi utama dari unit alveolus adalag pertukaran O2 dan CO2 di antara kapiler pulmoner dan alveoli
  • Paru-paru
  • ØParu-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma.Paru-paru kana mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus.Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segment.
  • ØParu-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum.Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esophagus, bagian dari trakhea dan bronkus, serta kelenjar timus terdapat pada mediatinum.
  • Dada, Diafragma, dan Pleura
  • ØTulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar.Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae).Diafragma terletak di baawah rongga dada.Diafragma berbentuk seperti kubah pada keadaan relaksasi.Pleura merupakan mmbran serosa yang menyelimuti paru-paru.Pleura ada dua macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru (lapisan dalam paru-paru).

B. Kendali Pernapasan

Fungsi mekanik pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru dinamakan ventilasi. Faktor yang dapat mengendalikan (mempengaruhi) pernapasan adalah:

  1. Faktor  Lokal
  2. Kontrol Medula Oblongata
  3. Kontrol Pons
  4. Refleks Hering-Breur
  5. Kendali Korteks
  6. Kendali Biokimia
  7. Efek Latihan Jasmani
  8. Efek Altitude/Ketinggian
  1. C.  Fisiologi Respirasi

            Proses respirasi terdiri dari :

  1. 1.      Ventilasi pulmonal

Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.

Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma) sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru.

Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.

Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.

Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena adanya perintah dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak.Medula oblongata terdiri dari sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi. Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi terhadap neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang diikuti dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi : ekspirasi). Ventilasi dipengaruhi oleh: kadar oksigen pada atmosfer, kebersihan jalan nafas, daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru, pusat pernafasan.

Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.

Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat.

Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan normal.IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa dihirup paru-paru setelah inspirasi normal.ERV (volume cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa diekshalasi setelah ekspirasi normal.Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat.

  1. 2.      Difusi

                        Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.

Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom.Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal. Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.

Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi.Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit.Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat.Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat adalah 400-450 ml/menit.Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit. Difusi dipengaruhi oleh :

  1. Ketebalan membran respirasi
  2. Koefisien difusi
  3. Luas permukaan membran respirasi
  4. Perbedaan tekanan parsial
  1. Perfusi pulmonal

Perfusi pulmonal adalah aliran darah actual melalui sirkulasi pulmonal.Darah dipompakan kedalam paru-paru oleh ventrikel kanan melalui arteri pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi cabang kanan dn kiri untuk mensuplai kedua paru. Normalnya sekitar 2 persen darah dipompa oleh ventrikel kanan tidak berperfusi melalui kapiler pulmonal. Darah terpirau ini mengalir kedalam jantung kiri tanpa ikut serta dalam pertukaran gas alveolar.

 

  1. Transportasi
  2. 4.            Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 – 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 – 70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).
  3. Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit.Jika curah jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit.Saat olah raga berat dapat meningkat 15 – 20 kali lipat. Transportasi gas dipengaruhi oleh :
    1. Cardiac Output
    2. Jumlah eritrosit
    3. Aktivitas
    4. Hematokrit darah

Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan.Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme. Proses fosiologis respirasi dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

  1. Difusi gas-gas antara alveolus
  2. Distribusi darah
  3. Reaksi kimia dan fisika O2 dan CO2 dengan darah

 

  1. Regulasi

            Kebutuhan oksigen tubuh bersifat dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen akan meningkat sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut: Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons.Daerah berirama medula terdiri dari area inspirasi dan ekspirasi.Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan irama respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit inspirasi.

Daerah berirama medula mempertahankan irama nafas I : E = 2” : 3”. Stimulasi neuron inspirasi menyebabkan osilasi pada sirkuit inspirasi selama 2” dan inhibisi pada neuron ekspirasi kemudian terjadi kelelahan sehingga berhenti. Setelah inhibisi hilang kemudian sirkuit ekspirasi berosilasi selama 3” dan terjadi inhibisi pada sirkuit inspirasi. Setelah itu terjadi kelelahan dan berhenti dan terus menerus terjadi sehingga tercipta pernafasan yang ritmis. Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh :

  1. Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola respirasi.
  2. Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis.
  3. Gerakan : perubahan gerakan diterima oleh proprioseptor.
  4. Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal.
  5. Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran nafas

e.

  1. D.  BUNYI SUARA NAPAS
  2. 1.      Suara Napas Normal
  3. 1.         Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih. Adapun Suara nafas normal adalah:

Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut.Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.

Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.

Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.

  1. Suara Napas Tambahan/Abnormal

Crackles adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan  kembali jalan napas yang menutup. Terdengar selama : inspirasi.

  1. Fine crackles / krekels halus. Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara : meletup, terpatah-patah. Penyebab nya adalah  udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchioles / penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.
  2. Krekels kasar. Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong. Penyebabnya adalah  terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.

Wheezing (mengi) adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi. Penyebab nya adalah  akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat dihilangkan dengan batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.

Ronchi adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama: ekspirasi. Penyebabnya adalah gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas.Obstruksi : sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.

  1. Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut) misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.
  2. Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar.Ronki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiekstatis.

b.Perbedaan ronchi dan mengi.

b.Mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil salurannya, terdengar bersuara tinggi dan bersiul.Biasanya terdengar jelas pada pasien asma.Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih besar salurannya, mempunyai suara yang rendah, sonor.Biasanya terdengar jelas pada orang ngorok.

Pleural friction rub adalah suara tambahan yang timbul akibat terjadinya peradangan pada pleura sehingga permukaan pleura menjadi kasar. Karakter suara: kasar, berciut, disertai keluhan nyeri pleura. Terdengar selama: akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Terdengar sangat baik pada permukaan anterior lateral bawah toraks. Terdengar seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di dekat telinga, jelas terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan keluhan nyeri pleura.Bunyi ini dapat menghilang ketika nafas ditahan. Sering didapatkan pada pneumonia, infark paru, dan tuberculosis

 

  1. E.     Pengkajian Holistic Caring Sistem Pernapasan

            Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien. Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distres pernapasan yaitu akut, sedang, dan ringan.

Karena tubuh bergantung pada sistem pernapasan untuk dapat hidup, pengkajian pernapasan mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan klien. Sisten pernapasan terutama berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asam-basa Setiap perubahan dalam sistem ini akan mempengaruhi sistem tubuh lainnya. Pada penyakit pernapasan kronis, perubahan status pulmonal terjadi secara lambat, sehingga memungkinkan tubuh klien untuk beradaptasi terhadap hipoksia. Namun demikian, pada perubahan pernapasan akut seperti pneumotoraks atau pneumonia aspirasi, hipoksia terjadi secara mendadak dan tubuh tidak mempunyai waktu untuk beradaptasi, sehingga dapat menyebabkan kematian.

  1. Data Umum
    1. Mengidentifikasi data: seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan.
    2. Sumber riwayat: biasanya pasien, tetapi dapat juga dari anggota keluarga, teman, surat rujukan, rekam medis
    3. Jika sesuai, cari tau sumber rujukan, karena mungkin diperlukan laporan tertulis
  2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
    1. Keluhan utama: terdiri dari hal yang dirasakan oleh pasien yang mendorong pasien datang mencari pelayanan kesehatan. Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang menyebabkan pasien mencari perawatan.
    2. Riwayat penyakit: riwayat ini harus mencakup perincian tentang lokasi, kualitas, kuantitas/keparahan, waktu meliputi awitan, durasi dan frekuensi, situasi ketika masalah terjadi, faktor yang memperburuk dan mengurangi gejala, manifestasi yang berkaitan.
  3. Riwayat kesehatan Masa lalu
    1. Penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak
    2. Penyakit yang dialami saat dewasa lengkap dengan waktunya yang sedikitnya mencakup kategori medis dan pembedahan.
    3. Praktek mempertahankan kesehatan mencakup imunisasi, seperti: tetanus, pertusis, difteri, folio, campak, rubella, gondong, influenza, hepatitis b, haemofilus inf tipe b, dan vaksin pneumococcus; serta uji skrining, seperti uji tuberkulin, uji BTA, oksimetri.
  4. Riwayat Keluarga
  5. Mencakup uraian atau genogram yang terdiri dari: setiap hubungan keluarga yang paling dekat. Catat apakah penyakit keturunan dan penyakit menularyang diderita oleh keluarga dekat, seperti: TB Paru, asma bronchial.
  6. Riwayat psikososial
    1. Kondisi rumah: tinggal di daerah dengan tingkat polusi tinggi, terpapar dengan rokok, anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah terlalu banyak.
    2. Binatang peliharaan: kucing, dll.
  7. Pola Persepsi-Manajemen Keperawatan

ü  Gambarkan aktivitas sehari-hari pasien. Adakah masalah pernafasan mengubah aktiivtas yang dapat dilakukan pasien beberapa hari, bulan, tahun lalu? Apakah masalah pernafasan pasien lebih baik, lebih buruk, atau masalah yang sama seperti 6 bulan lalu?

ü  Bagaimana masalah pernafasan pasien mempengaruhi kemampuan self care pasien?

ü  Pernahkah pasien merokok? Apakah pasien merokok sekarang? Jika ya, berapa bnyak rokok sehari dan untuk berapa lama? Apakah pasien tertarik untuk berhenti merokok? Adakah bantuan yang bisa perawat berikan agar pasien mau berhenti meroko? Maukah pasien untuk dating kembali berkunjung agar perawat dapat membantu pasien berhenti merokok? Jika pasien erhenti merokok, apakah pasien melakukannya untuk kesehatannya? Bagaimana caranya berhenti merokok?

ü  Apakah pasien pernah menghirup street drugs?

ü  Pernahkah pasien diberikan vaksin Pneumokkus? Kapan terakhir pasien tekena flu?

ü  Alat apa yang digunakan pasien untuk mengatasi masalah pernafasannya? Seberapa sering pasien menggunakannya? Apakah alat tersebut membantu?

  1. Pola Nutrisi-Metabolisme

ü  Pernahkah pasien mengalami penurunan berat badan secara tiba-tiba dikarenakan kesulitan makan akibat masalah pernafasan? Seberapa banyak?

ü  Apakah beberapa jenis makanan mengakibatkan produksi sputum?

  1. Pola Eliminasi

ü  Apakah masalah pernafasan membuat pasien kesulitan untuk ke toilet?

ü  Apakah pasien tidak aktif bergerak karena dyspnea sehingga mengakibatkan konstipasi?

  1. Pola Aktivitas-Latihan

ü  Pernahkah pasien sesak nafas selama olahraga?Pada saat istirahat?

ü  Apakah pasien sangat sesak nafas ketika melakukan sesuati yang ingin dilakukan pasien?

ü  Dapatkah pasien naik tangga setiap step tanpa berhenti?

ü  Dapatkah pasien mempertahankan pola aktivitas? Jika tidak, jelaskan.

ü  Apa yang pasien lakukan jika pasien sesak nafas?

  1. Pola Tidur-Istirahat

ü  Apakah gangguan pernafasan membuat pasien terbangun di malam hari?

ü  Dapatkah pasien telentang tidur pada malam hari? Jika tidak, berapa banyak bantal yang pasien gunakan?

ü  Apakah pasien butuh tidur tegak lurus di atas kursi?

ü  Apakah tidur pasien atau pasangan pasien mendengkur?

ü  Apakah pasien sakit kepala di pagi hari?

ü  Apakah pasien merasa kurang tidur setiap hari?

  1. Pola Kognitif-Persepsi

ü  Apakah kamu merasa nyeri ketika bernafas? Pada skala 0-10, dengan 10 sangat nyeri, dapatkah pasien gambarkan?

  1. Pola Konsep Diri

ü  Gambarkan Bagaimana gangguan pernafasan mempengaruhi kehidupan pasien.

ü  Pernahkah pasien pergi tanpa membawa oksigen? Kapan dan kenapa?

  1. Pola Seksualitas-Reproduksi

ü  Apakah gangguan pernafasan pasien mengakibatkan perubahan pada aktivitas sexual?

ü  Maukah pasien diskusi cara menurunkan dyspnea selama aktivitas sexual?

  1. Pola Koping-Stres

ü  Seberapa sering pasien meninggalkan rumahnya?

ü  Maukah pasien masuk dalam sebuah support group? Mis: kelompok rehabilitasi paru.

ü  Apakah stress menyebabkan gangguan pernafasan?

  1. Pola Nilai –nilai- Kepercayaan

ü  Apakah pasien percaya terhadap gangguan pernafasannya?

ü  Apakah pasien berpikir bahwa sesuatu yang diceritakan pasien terkait dengan gangguan pernafasan sangat membantu? Jika tidak, kenapa?

  1. Pemeriksaan Fisik
    1. INSPEKSI

Pengkajian fisik sebenarnya dimulai sejak pengumpulan riwayat kesehatan saat Anda mengamati klien dan respons klien terhadap pertanyaan. Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang nyaman, takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang, dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan. Perhatikan rasio inspirasi-ke-ekspirasi, karena lamanya ekspirasi normal dua kali dari lamanya inspirasi normal, maka rasio normal ekspirasi – inspirasi 2 : 1. Amati pola bicara. Berapa banyak kata atau kalimat yang dapat diucapkan sebelum mengambil napas berikutnya. Klien yang sesak napas mungkin hanya mampu mengucapkan tiga atau empat kata sebelum mengambil napas berikutnya.

Kunci dari setiap teknik pengkajian adalah untuk mengembangkan pendekatan yang sistematik. Logisnya, paling mudah jika dimulai dari kepala lalu terus ke tubuh bagian bawah.Inspeksi dimulai dengan pengamatan kepala dan area leher untuk mengetahui setiap kelainan utama yang dapat mengganggu pernapasan. Perhatikan bau napas dan apakah ada sputum. Perhatikan pengembangan cuping hidung, napas bibir dimonyong-kan, atau sianosis membran mukosa. Catat adanya penggunaan otot aksesori pernapasan, seperti fleksi otot sternokleidomastoid.Amati penampilan umum klien, frekuensi serta pola pernapasan, dan konfigurasi toraks. Luangkan waktu yang cukup untuk mengamati pasien secara menyuluruh sebelum beralih pada pemeriksaan lainnya. Dengan mengamati penampilan umum, frekuensi dan pola pernapasan, adanya dan karakter batuk, dan pernbentukan sputum, perawat dapat menentukan komponen pemeriksaan pulmonal mana yang sesuai untuk mengkaji status pernapasan pasien saat ini.

INSPEKSI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT
Pernafasan bibir

Posisi tripod;

ketidakmampuan berbaring

Penggunaan otot tambahan retraksi interkosta

Splinting

Peningkatan diameter AP

Takipneu

Kussmaul

Sianosis

Clubbing finger

Abdominal paradox

Kelainan Bentuk Dada

  1. Barrel Chest
  1. Funnel Chest
  1. Pigeon Chest
  1. Kyposcoliosis
  1. Kiposis
  1. Skoliosis
Ekspirasi melalui mulut dengan bibir secara bersama menghembuskan nafas perlahan

Berbaring dengan lengan dan siku yang menopang

Otot leher dana bahu digunakan untuk membantu bernafas. Otot sela iga tertarik selama inspirasi

Penurunan tidal volum hingga penurunan nyeri pada pengembangan dada

Diameter AP sama dengan lateral. Posisi tulang iga tegak lurus seperti membentu sudut 900 terhadap tulang belakang

Frekuensi nafas : 20-25 x/menit

Pernafasan cepat, dalam dan tertaur

Kebiruan pada kulit dapat dilihat di bibir dan konjungtiva palpebral

Peningkatan kedalaman, membesar, pelunakan jari bagian distal

Pergerakan dalam abdomen selama bernafas

Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T (1:1)

Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur.

Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP.

Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu pergerakan paru-paru

Meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.

Vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral

COPD, Asma, dugaan peningkatan kesulitan bernafas, Dispnea

COPD, asma eksaserbasi, edema pulmonal, Mengindikasikan distress pernafasan sedang hingga berat

COPD, asma eksaserbasi, peningkatan sekret. Distress pernafasan sedang hingga berat, hipoksemi

Insisi thorax dan abdomen. Trauma dada, radang selaput dada.

COPD, asma, hiperventilasi paru, usia lanjut

Demam, cemas, hipoksemi, penyakit paru parah, peningkatan kemampuan kerja nafas

Asidosis metabolik, peningkata ekskresi CO2

Menggambarkan 5-6 gr hb tidak terikat oleh oksigen, penurunan kada oksigen dalam paru, pennurunan cardiak output,

Hopiksemia kronik, cystis fibrosis, kanker paru, bronchiestasis.

Ketidakpatenan dan ketidak efisienan bernafas, indikator non spesifik pada distress pernafasan sedang.

Emfisema

Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.

Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat

Timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.

Bentuk dada ini dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari polio(- mielitis) atau sebagai manifestasi dari sindrom marfan.

Bentuk dada ini dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari polio(- mielitis) atau sebagai manifestasi dari sindrom marfan.s

  1. PALPASI

Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di atas atau di bawah permukaan tubuh.Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada.Palpasi dada dan medula spinalis adalah teknik skrining umum untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti inflamasi. Perlahan letakan ibu jari tangan yang akan mempalpasi pada satu sisi trakhea dan jari-jari lainnya pada sisi sebelahnya. Gerakan trakhea dengan lembut dari satu sisi ke sisi lainnya sepanjang trakhea sambil mempalpasi terhadap adanya massa krepitus, atau deviasi dari garis tengah. Trakhea biasanya agak mudah digerakkan dan dengan cepat kembali ke posisi garis tengah setelah digeser.Masa dada, goiter, atau cedera dada akut dapat mengubah letak trakhea.

Palpasi dinding dada menggunakan bagian tumit atau ulnar tangan Anda.Abnor¬malitas yang ditemukan saat inspeksi lebih lanjut diselidiki selama pemeriksaan palpasi. Palpasi dibarengi dengan inspeksi terutama efektif dalam mengkaji apakah gerakan, atau ekskursi toraks selama inspirasi dan ekspirasi, amplitudonya simetris atau sama. Selama palpasi kaji adanya krepitus (udara dalam jaringan subkutan); defek atau nyeri tekan dinding dada; tonus otot; edema; dan fremitus taktil, atau vibrasi gerakan udara melalui dinding dada ketika klien sedang bicara.

Untuk mengevaluasi ekskursi toraks, klien diminta untuk duduk tegak, dan tangan pemeriksa diletakkan pada dinding dada posterior klien (bagian punggung). Ibu jari tangan pemeriksa saling berhadapan satu sama lain pada kedua sisi tulang belakang, dan jari-jari lainnya menghadap ke atas membentuk posisi seperti kupu-kupu. Saat klien menghirup napas tangan pemeriksa harus bergerak ke atas dan keluar secara simetri. Adanya gerakan asimetri dapat menunjukkan proses penyakit pada region tersebut.

Palpasi dinding dada posterior saat klien mengucapkan kata-kata yang menghasilkan vibrasi yang relatif keras (mis. tujuh-tujuh).Vibrasi ditransmisikan dari laring melalui jalan napas dan dapat dipalpasi pada dinding dada.Intensitas vibrasi pada kedua sisi dibandingkan terhadap simetrisnya.Vibrasi terkuat teraba di atas area yang terdapat konsolidasi paru (mis. pneumonia). Penurunan fremitus taktil biasanya berkaitan dengan abnormalitas yang menggerakkan paru lebih jauh dari dinding dada, seperti efusi pleural dan pneumotoraks

PALPASI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT
Perubahan letak trachea

Perubahan taktil fremitus

Perubahan pergerakan dada

Pergeseran ke arah kiri atau kanan pada trachea dari posisi normalnya

Peningkatan atau penurunan vibrasi

Perbedaan pergerakan pada kedua sisi dada saat bernafas

Bukan indikator yang spesifik pada perubahan letak trachea. Kegawatan apabidisebabkan peningkatan tension penumothorax, kolaps paru.

Meningkat pada pneumonia, edema pulmonal, menurun pada efusi pleura, hiperinflasi paru, atelektasis, pneumothorax

Ketidakseimbangan disebabkan oleh atelektasis, pneumothorax, efusi pleura

  1. PERKUSI

Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai dengan sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau timpanik. Bunyi resonan terdengar di atas jaringan paru normal. Bunyi hiperesonan terdengar pada adanya peningkatan udara dalam paru-paru atau spasium pleural. Bunyi akan ditemukan pada klien dengan emfisema dan pneumotoraks. Bunyi pekak terjadi di atas jaringan paru yang padat, seperti pada tumor atau konsolidasi jaringan paru. Bunyi ini biasanya terdengar di atas jantung dan hepar.

Bunyi datar akan terdengar saat perkusi dilakukan pada jaringan yang tidak mengandung udara. Bunyi timpani biasanya terdengar di atas lambung, usus besar. Perkusi dimulai pada apeks dan diteruskan sampai ke dasar, beralih dari area posterior ke area lateral dan kemudian ke area anterior. Dada posterior paling baik diperkusi dengan posisi klien berdiri tegak dan tangan disilangkan di depan dada untuk memisahkan skapula. Perkusi juga dilakukan untuk mengkaji ekskursi diafragma. Minta klien untuk menghirup napas dalam dan menahannya ketika Anda memperkusi ke arah bawah bidang paru posterior dan dengarkan bunyi perkusi yang berubah dari bunyi resonan ke pekak. Tandai area ini dengan pena. Proses ini diulang setelah klien menghembuskan napas, tandai lagi area ini.Kaji kedua sisi kanan dan kiri.Jarak antara dua tanda seharusnya 3 sampai 6 cm, jarak lebih pendek ditemukan pada wanita dan lebih panjang pada pria. Tanda pada sebelah kiri akan sedikit lebih tinggi karena adanya hepar.

Klien dengan kenaikan diafragma yang berhubungan dengan proses patologis akan mempunyai Penurunan ekskursi diafragma. Jika klien mempunyai penyakit pada lobus bawah (mis. konsolidasi atau cairan pleural), akan terdengar bunyi perkusi pekak. Bila ditemukan abnormalitas lain, pemeriksaan diagnostik lain harus dilakukan untuk mengkaji masalah secara menyeluruh

PERKUSI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT
Hiperresonan

Dulness

Kuat, suara lebih rendah dari suara normal resonan

Suara yang lebih redup dari resonan normal

COPD, penumothorax, asma

Penumonia, efusi fleura

  1. AUSKULTASI

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan. Dengarkan semua area paru dan dengarkan pada keadaan tanpa pakaian; jangan dengarkan bunyi paru dengan klien mengenakan pakaian, selimut, gaun, atau kaus. Karena bunyi yang terdengar kemungkinan hanya bunyi gerakan pakaian di bawah stetoskop.

Status patensi jalan napas dan paru dapat dikaji dengan mengauskultasi napas dan bunyi suara yang ditransmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat mendengarkan bunyi napas di seluruh bidang paru, perawat harus meminta klien untuk bernapas lambat, sedang sampai napas dalam melalui mulut.Bunyi napas dikaji selama inspirasi dan ekspirasi. Lama masa inspirasi dan ekspirasi, intensitas dan puncak bunyi napas juga dikaji. Umumnya bunyi napas tidak terdengar pada lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi napas harus mendekati simetris bila dibandingkan pada kedua paru. Bunyi napas normal disebut sebagai vesikular, bronkhial, dan bronkhovesikular.

Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan patologi termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas, dan bunyi napas saling mendahului atau yang dikenal dengan bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi napas akan terdengar bila kondisi seperti atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan) jaringan paru. Penurunan atau tidak terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi gelombang bunyi yang melewati jaringan paru atau dinding dada berkurang.

AUSKULTASI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT
Fine crackles

Coarse crackles

Ronchi

Wheezing

Stridor

Absent breath sound

Pleural Friction Rib

Eghopony

Setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi, karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.

Lebih menonjol saat ekspirasi, karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat adanya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar, mungkin akan berubah pada saat klien batuk.

Suara nafas tambahan bernada rendah sehingga bersifat sonor, akibat penyumbatan bronkus.

Bising paru yang terjadi akibat kontriksi/spasma bronkus bukan karena penyumbatan seperti ronchi, sehingga refleks batuk tidak bisa menghilangkannya. Wheezing mirip suara suitan dengan insentitas suara yang tinggi dannyaring. Auskultasi pada trachea jelas untuk mendengarkan wheezing

Suara wheez inspirasi yang terdengar keras pada trachea. Biasanya menunjukkan halangan yang lebih besar karena sekresi

Tidak terdengar suara paru pada daerah paru dan sekitarnya

Suara menggesek atau menggeretak yang terjadi ketika permukaan pleura membengkakatau menjadi kasar dan menggesek satu dengan yang lain. Suaranya bisa continue atau discontinue, biasanya terlokasi pada satu tempat di dinding dada dan terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi.

Penyebutan “e” sama dengan “a” terdengar saat auskultasi dikarenakan perubahan transmisi suara

Idiopatic pulmonal fibrosis, edema interstisial, pneumonia, atelektasis, fase awal pada gagal jantung

Gagal jantung, edema pulmonar, penumonia, COPD

COPD, pneumonia, bronchiestasis

Bronchospasma, obstruksi jalan nafas, COPD

Batuk dengan sesak, epiglotitis,

Efusi pleura, atelektasi luas, peneumonectomy, lobectomy

Radang selaput dada, pneumonia, infark pulmonal

Penumonia dan efusi pleura

17. Pengkajian Diagnostik pada Sistem Pernapasan

Prosedur diagnostik membantu dalam pengkajian klien dengan gangguan pernapasan. Penting untuk mengklarifikasi kapan pemeriksaan diagnostik diperlukan dan untuk tujuan apa, sehingga tindakan yang dilakukan pada pasien akan lebih terarah dan lebih berguna, serta tidak merugikan karena harus mengeluarkan biaya untuk hal-hal yang sebenarnya dapat dihindari.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN

Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), Angka Leukosit (AL/WBC (white blood concentrasion), angka eritrosit (RBC (redblood concentrasion), Laju Endap Darah (LED), Hematokrit. Pada pemeriksaan darah rutin biasanya sampel darah diambil dari darah vena. Pemeriksaan Hb bertujuan untuk menetapkan atau mengetahui kadar Hb dalam darah. Hemoglobin merupakan senyawa yang terdiri dari hematin yang terbentuk dari ferros (zat besi) dan globulin yang merupakan molekul protein makro.Kemampuan Hb untuk mengikat oksigen karena adanya protein globulin yang mampu mengikat oksigen.

Pemeriksaan LED dilakukan untuk mengetahui kecepatan waktu darah mengendap setelah diberi koagulan. Caranya: Sediakan tabung/botol yang telah diisi dengan 0,4 ml larutan natrium sitrat 3,8%. Isap darah vena sebanyak 1,6 ml dan masukan kedalam botol tadi, kemudian campur dengan menggoyangkannya, isap campuran darah tadi dengan pipet westergren sampai garis 0 mm. Biarkan pipet dalam sikap tegak pada rak selama 60 menit, kemudian bacalah tinggi lapisan plasma pada jam pertama dan jam kedua dari 0 sampai batas plasma dengan endapan darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam milimeter per jam dan 2 jam.

Nilai Normal Pemeriksaan Darah Rutin

  • Hemoglobin (Hb), Pria : 14-18 gr/dl, Wanita : 12-16 gr/dl
  • Angka Leukosit (AL) 5.000 – 10.000/mm3
  • Angka Eritrosit Pria : 4,5-5,5 juta/mm3, Wanita : 4-5 juta/mm3
  • Laju Endap Darah (LED) Pria : 0-10 mm/jam, Wanita : 0-20 mm/jam.

Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah prosedur yang paling sering digunakan dalam menegakkan diagnosis gangguan saluran pernapasan atas. Namun demikian, bisa saja dibutuhkan pemeriksaan diagnostik yang lebih ekstensif, jika memang kondisinya mengharuskan.

KULTUR

            Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang menyebabkan faringitis. Selain itu kultur tenggorok juga dapat membantu dalam mengidentifikasi organisme yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah. Dapat juga dilakukan apusan hidung untuk tujuan yang sama.

BIOPSI

            Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh.Dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga hidung.Dalam tindakan ini pasien mungkin saja mendapat anestesi lokal, topikal atau umum bergantung pada tempat prosedur dilakukan.

Pemeriksaan diagnostik lainnya adalah pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CTscan, pemeriksaan dengan zat kontras, dan MRI (pencitraan resonansi magnetik).Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus tumor.Pemeriksaan diagnostik pada saluran pernapasan bawah sedikit lebih banyak dan lebih rumit dibandingkan pemeriksaan diagnostik saluran pernapasan atas.Namun demikian bukan berarti bahwa pemeriksaan tersebut tidak saling berkaitan.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI TORAKS DAN PARU-PARU.

Klien pada umumnya sudah terbiasa dengan pemeriksaan radiologi rutin.Namun belakangan ini, terdapat suatu peningkatan kesadaran tentang pemajanan berlebihan terhadap radiasi. Hendaknya klien diberikan penjelasan yang lengkap tentang tipe pemeriksaan yang akan dilakukan dan manfaatnya dalam hubungannya dengan risiko akibat pemajanan terhadap radiasi.

Pemeriksaan radiologi memberikan informasi mengenai (1) status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura, dan kontur diafragma dan jalan napas atas; (2) ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta, nodus limfe, dan percabangan bronkhial; (3) tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim paru; dan (4) ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal, termasuk kavitasi, area fibrosis, dan daerah konsolidasi.

Pemeriksaan ronsen atau radiologi dada diindikasikan untuk (1) mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh proses patologis, seperti tumor, inflamasi, fraktur, akumulasi cairan atau udara, (2) menentukan terapi yang sesuai, (3) mengevaluasi kesangkilan pengobatan, (4) menetapkan posisi selang dan kateter, dan (5) memberikan gambaran tentang suatu proses progresif dari penyakit paru. Pemeriksaan ronsen dada sebaiknya dilakukan di bagian radiologi.

Pemeriksaan sinar-X standar lebih dipilih dengan posisi berdiri, meskipun posisi duduk atau berbaring dapat dilakukan. Pemajanan standar untuk pemeriksaan ini adalah (1) posterio-anterior (PA)-sinar-X menjalar melalui punggung ke bagian depan tubuh, dan (2) lateral-sinar-X menembus bagian samping tubuh (biasanya sebelah kiri). Selain pemeriksaan standar mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik untuk melihat bagian-bagian spesifik dada. Pemajanan tersebut termasuk (1) oblique-film sinar-X diarahkan miring dengan sudut spesifik, (2) lordotis-film sinar-X dimiringkan dengan sudut 45 derajat dari bawah untuk melihat kedua apeks paru, dan (3) dekubitus- film sinar-X diambil dengan posisi pasien berbaring miring (kiri atau kanan) untuk memperlihatkan cairan bebas dalam dada.

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI

Dalam pemeriksaan ini terjadi emisi dan penetrasi gelombang suara berfrekuensi tinggi.Pemeriksaan ini relatif tidak membahayakan.Gelombang suara dipantulkan kembali dan diubah oleh suatu transduser untuk menghasilkan image piktorial dari area yang sedang diperiksa.Ultrasonografi toraks dapat memberikan informasi tentang efusi pleural atau opasitas dalam paru.

COMPUTED TOMOGRAPH (CT)

CT digunakan untuk mengidentifikasi massa dan perpidahan struktur yang»disebabkan oleh neoplasma, kista, lesi inflamasi fokal, dan abses. CTscan dapat dilakukan dengan cepat-dalam 20 menit, tidak termasuk proses analisis. Sebelum pemeriksaan, pastikan izin tindakan telah didapatkan dari klien, jawab setiap pertanyaan klien dan keluarga tentang CTscan.Klien dipuasakan, dan jelaskan bahwa pemeriksaan ini sering membutuhkan media kontras. Karena media kontras biasanya mengandung yodium (Juga disebut zat warna), tanyakan klien apakah ia mempunyai alergi terhadap yodium, zat warna, atau kerang. Ingatkan agar klien tidak bergerak selama prosedur, namun ia dapat bercakap-cakap dengan teknisinya.

PEMERIKSAAN FLUOROSKOPI

Pemeriksaan ini dilakukan jika dibutuhkan informasi tentang dinamika dada seperti gerakan diafragmatik, ekspansi dan ventilasi paru, atau kerja jantung.Pemeriksaan ini memungkinkan untuk mengamati dada dan struktur intratoraks ketika mereka berfungsi secara dinamis.Flouroskopi tidak digunakan secara rutin, namun hanya pada keadaan dimana dibutuhkan pengamatan toraks kontinu. Penggunaan lain fluoroskopi termasuk untuk (1) mengamati diafragma saat inspirasi dan ekspirasi, (2) mendeteksi gerakan mediastinal selama napas dalam, (3) mengkaji jantung, pembuluh darah dan struktur yang berkaitan, (4) mengidentifikasi abnormalitas esofagus, dan (5) mendeteksi massa mediastinal.

Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan ini.Tempatkan klien dalam ruangan yang tenang dan bercahaya redup.Kadang media radioopaque (yang tidak mengandung yodium) diberikan secara intravena untuk membedakan struktur yang sedang dikaji.Klien harus melepaskan semua perhiasan dan pakaian dalamnya dan mengenakan gaun.Pemeriksaan ini membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit.Pemajanan terhadap radiasi minimal.

PEMERIKSAAN ANGIOGRAFI PULMONAL

Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi embolisme pulmonal dan berbagai lesi kongenital dan didapat pada pembuluh pulmonal.Sebelumnya pasien mendapat suntikan bahan radioopaque melalui kateter ke dalam vena sistemik, bilik kanan jantung, arteri pulmonal, dan distribusi dari bahan ini terekam pada film yang dihasilkan. Angiografi pulmonal mungkin dilakukan untuk mendeteksi (1) abnormalitas kongenital percabangan vaskular pulmonal, (2) abnormalitas sirkulasi vena pulmonal, (3) penyakit sirkulasi vena dan arteri pulmonal didapat, (4) efek destruktif dari emfisema, (5) keuntungan potensial reseksi untuk karsinoma bronkhogenik, (6) lesi pulmonal perifer, dan (7) luasnya tromboembolisme dalam paru-paru.

PEMERIKSAAN ENDOSKOPI

Laringoskopi langsung biasanya dilakukan setelah klien mendapat anestesi lokal dengan kokain 10% atau anestesi umum. Satu jam sebelum pemeriksaan klien diberikan sedatif (mis. sekobarbital, meperidin, atau narkotik lainnya) dan atropin sulfat. Pemberian atropin penting sebelum pemberian anestesi lokal maupum umum.Untuk laringoskopi langsung, klien dibaringkan dengan posisi kepala di atas alat penyangga kepala.Laringoskopi mikro yang menggunakan pengoperasian mikroskop sekarang ini makin banyak digunakan.Metode ini memberikan visualisasi binokular lebih baik.

Laringoskop adalah tube berlubang yang terbuat dari logam dan dilengkapi dengan pemegang pada ujung proksimal dan mempunyai sumber cahaya pada ujung distalnya, alat ini dimasukkan oleh dokter melalui mulut ke dalam laringofaring, menaikkan epiglotis, dan membuat bagian interior faring mudah diamati.Prosedur bedah minor seperti biopsi atau pengangkatan tumor jinak yang kecil dapat dilakukan dengan instrumenini.

Penatalaksanaan keperawatan setelah tindakan laringoskopi termasuk (1) pasien dalam status puasa sampai refleks muntah pulih (sekitar 2 jam), (2) periksa refleks muntah dengan menyentuh bagian belakang lidah secara perlahan menggunakan bilah lidah, dan (3) jika refleks muntah positif, beri klien sedikit air sebelum diberikan cairan atau makanan lain untuk mencegah aspirasi yang tidak diinginkan.

PEMERIKSAAN BRONKOSKOPI

Pemeriksaan bronkhoskopi dilakukan dengan memasukkan bronkhoskop ke dalam trakhea dan bronkhi.Dengan menggunakan bronkoskop yang kaku atau lentur, laring, trakhea, dan bronkhi dapat diamati.Pemeriksaan diagnostik bronkoskopi termasuk pengamatan cabang trakheobronkhial, terhadap abnormalitas, biopsi jaringan, dan aspirasi sputum untuk bahan pemeriksaan.Bronkhoskopi digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis kanker paru.

Bronkhoskopi mungkin dilakukan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik.Tujuan diagnostik mencakup pemeriksaan jaringan, evaluasi lanjut tumor untuk memungkinkan bedah reseksi, pengumpulan spesimen jaringan untuk keperluan diagnosa, dan evaluasi tempat perdarahan.Sementara bronkhoskopi terapeutik dilakukan untuk tujuan mengangkat benda asing, mengangkat sekresi yang kental dan banyak, pengobatan atelektasis pascaoperatif, dan menghancurkan dan mengangkat lesi.

UJI FUNGSI PULMONAL

Pemeriksaan fungsi pulmonal memberikan informasi tentang manifestasi klien dengan mengukur volume paru, mekanisme paru, dan kemampuan difusi paru. Pemeriksaan ini merupakan metoda nonivasif dan tidak dapat berdiri sendiri untuk mendiagnosa penyakit spesifik namun merupakan bagian integral dari proses pemeriksaan diagnostik. Uji fungsi pulmonal (UFP) digunakan untuk (1) skrining penyakit pulmonal, (2) evaluasi preoperatif, (3) mengevaluasi kondisi untuk melakukan penyapihan dari ventilator, (4) pemeriksaan fisiologi pulmonal, (5) mendokumentasikan kemajuan penyakit pulmonal atau efek terapi, (6) meneliti efek latihan pada fisiologi pernapasan.

Kemampuan fungsi paru-paru dikaji dengan mengukur properti yang mempengaruhi ventilasi (statis dan dinamis) dan respirasi (difusi dan perfusi). Penilaian fungsi pulmonal dilakukan dengan mempertimbangkan variabel-variabel dari setiap individu yang dievaluasi termasuk: usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan, serta upaya individu dalam melakukan setiap pemeriksaan.

PEMERIKSAAN OKSIMETRI NADI

Oksimetri nadi adalah metoda noninvasif pemantauan kontinu saturasi oksigen-hemoglobin (SaO2). Meskipun pemeriksaan ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan analisis gas darah, namun pemeriksaan ini sangat efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan mendadak atau perubahan kecil saturasi oksigen. Oksimetri nadi digunakan dalam berbagai lingkup perawatan, termasuk unit perawatan kritis, unit perawatan umum, dan lingkungan diagnostik dan tindakan di mana dibutuhkan pemantauan saturasi oksigen selama prosedur.

Pemeriksaan oksimetri nadi menggunakan alat sensor (probe) yang dilekatkan pada ujung jari, dahi, daun telinga atau tulang hidung. Sensor mendeteksi perubahan kadar saturasi oksigen dengan memantau sinyal cahaya yang dibangkitkan oleh oksimeter dan direfleksikan oleh denyutan aliran darah melalui jaringan pada probe. Nilai normal SaO2 adalah 95 % sampai 100 %.Nilai di bawah 85 % menandakan bahwa jaringan tidak mendapat cukup oksigen dan pasien membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Nilai SaO2 yang didapat dengan oksimetri nadi tidak dapat diandalkan dalam kondisi seperti henti jantung, syok, penggunaan obat-obat vasokontriktor, pemberian zat warna per IV (seperti metilen biru), anemia berat, dan kadar CO2 tinggi. Diperlukan pemeriksaan lain seperti kadar hemoglobin, gas darah arteri, dan pemeriksaan laboratorium lainnya untuk memvalidasi nilai oksimetri nadi dalam kondisi tersebut.

KAPNOGRAFI
Kapnografi termasuk prosedur noninvasif lain yang mengukur konsentrasi karbon dioksida ekshalasi untuk klien dengan ventilasi mekanik. Jumlah karbon dioksida yang didapatkan dalam udara ekshalasi (end-tidal karbon dioksida; ETCO2) sangat berhubungan dengan tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO2) pada klien dengan fungsi pernapasan, kardiovaskular, dan metabolik yang normal. Gradien normal PaCO2-ETCO2 sekitar 5 mm Hg. Dengan peningkatan PaCO2 pada hipovolemia, atau penurunan pada hipervolemia, perubahan yang berkaitan akan terlihat pada ETCO2. Kapnografi membutuhkan sampel kontinu udara ekshalasi.

Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan. Klien yang menjalani kapnografi akan terpasang selang endotrakheal atau trakheostomi untuk ventilasi mekanik atau penatalaksanaan jalan napas. Sensor akan ditempelkan pada selang tersebut untuk mengukur ETCO2.

PEMERIKSAAN GAS DARAH ARTERI

Analisis gas darah arteri memberikan determinasi objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar, dan keseimbangan asam-basa. Dalam pemeriksaan ini, dibutuhkan sampel darah arteri yang diambil dari arteri femoralis, radialis, atau brakhialis dengan menggunakan spuit yang telah diberi heparin untuk mencegah pembekuan darah.Pertama lakukan tes Allen’s, yaitu pengkajian cepat sirkulasi kolateral pada tangan.Tes ini penting sebelum melakukan pungsi arteri radialis.Sumbat kedua arteri radialis dan ulnaris dengan jari tangan Anda.Minta klien untuk mengepalkan tangannya. Jika klien membuka kepalan tangannya saat kedua arteri masih tersumbat, tangan klien akan pucat. Jika Anda melepaskan sumbatan dari salah satu arteri, tangan klien seharusnya berwarna pink karena adanya sirkulasi kolateral.

Kaji patensia kedua arteri dengan cara seperti ini, secara bergantian. Jika sirkulasi kolateral adekuat, Anda dapat mengambil darah dari arteri radialis ini.Spuit kemudian ditutup untuk mencegah kontak dengan udara dan diletakkan dalam wadah termos berisi es sampai tiba waktu dianalisa.Berikan tekanan selama sedikitnya 5 menit pada tempat penusukan setelah jarum dicabut untuk mencegah perdarahan.Pasien dengan gangguan pembekuan darah memerlukan penekanan lebih lama.Implikasi keperawatan termasuk mengkaji tempat penusukan secara periodik dan memberikan tekanan selama yang diperlukan untuk mencegah pembentukan hematom atau memar.

PEMERIKSAAN SPUTUM

Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru.Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme penyebab.Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum.

Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :

Pewarnaan Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang organisme yang cukup untuk menegakan diagnosis presumtif. Kultur sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnosa defmitif.Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotik dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.

Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum.Untuk pemeriksaan ini sputum dikumpulkan sebelum pemberian antibiotik. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas biasanya diinstruksikan bersamaan.

Basil tahan asam (BTA) menentukan adanya mikobakterium tuberkulosis, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.Sitologi membantu dalam mengidentifikasi karsinoma paru.Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan.Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel. Tes kuantitatif adalah pengumpulan sputum selama 24 sampai 72jam.

  1. a.      Pengumpulan sputum

a.Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam paru-paru. (Karena sering kali jika klien tidak dijelaskan demikian, klien akan mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Sputum yang timbul pagi hari biasanya adalah sputum yang paling banyak mengandung organisme produktif.Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboratorium.

a.Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk: Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien. Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena batuk.Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah spesimen terkumpul sehingga spesimen tersebut dapat dikirim ke laboratorium secepatnya.

a.

Pemeriksaan Diagnostic System Pernapasan

Pemeriksaan yang Dilakukan Keterangan dan hasil yang diharapkan Tindakan Keperawatan
PEMERIKSAAN DARAH
Hemoglobin Untuk mengetahui jumlah hemoglobin yang dapat berikatan dengan oksigen. Diambil dari darah vena. Nilai normal pada laki-laki dewasa 13,5-18 g/dl (135-180 g/L), nilai normal perempuan dewasa 12-16 g/dl (120-160 g/L) Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
Hematokrit Untuk mengetahui rasio sel darah merah didalam plasma. Hematokrit meningkat (policitemia) ditemukan pada hipoksemia kronik. Diambil dari darah vena. Nilai normal pada laki-laki dewasa 40%-54% (0,40-0,54), normal pada perempuan dewasa 38%-47% (0,88-0,47) Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.
ABG’s Darah arteri diambil melalui penusukan pada arteri radial/femoral dengan menggunakan  kateter arteri. Tes ABG dilakukan untuk mengetahui keseimbangan asam basa, status ventilasi, kebutuhan akan terapi oksigen, perubahan pada terapi oksigen atau perubahan pada pengaturan ventilator. Monitoring lanjutan ABG bisa dilakukan melalui sensor atau elektroda yang dimasukkan ke dalam kateter arteri. diIndikasikan  kepada pasien yang menggunakan oksigen  (dengan persentase L/min). Hindari perubahan dalam terapi oksigen atau intervensi (seperti suksion, perubahan posisi). Untuk 20 menit sebelum pengambilan sampel. Kaji dengan Pengaturan posisi (seperti tangan terbuka, siku hiperekstensi penuh jika yang digunakan arteri radial). Darah yang diambil di masukkan kedalam spuit yang sudah dilumuri heparin. Hindari semua gelembung udara dan letakkan sample dalam es, kecuali jika sampel akan dianalis kurang dari satu menit. Berikan penekanan pada arteri  selama 5 menit setelah specimen diambil utk mencegah hematoma pada penusukan area arteri.
Oximetri Untuk memonitor saturasi oksigen di arteri dan vena. Untuk mengetahuinya alat dipasang didaun telinga, ujung jari atau hidung untuk memonitor SpO2 atau melanjutkan pada kateter pulmonary untuk memonitor SvO2. Oksimetri digunakan untuk monitor yang berkelanjutan atau yang terputus dan exercise tes Pasang alat. Ketika menginterpetasi nilai SpO2 dan SvO2 terlebih dahulu kaji status pasien dan adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan pembacaan denyut oksimeter. untuk SpO2 hal ini meliputi pergerakan, perfusi lemah, ekstremitas dingin, warna kulit, perubahan warna intravaskuler, ujung kuku, warna kulit pucat, karbonmonoksida, dan tingkatan anemia. Untuk SvO2 ini meliputi perubahan pada pengangkutan O2 atau penggunaan O2. Untuk SpO2 tandai pemberian perawatan pada lebih kurang 4% perubahan dari dasar atau penurunan sampai < 90%. Untuk SvO2 tandai pemberian perawatan atau sampai kurang <60%
PEMERIKSAAN SPUTUM
Kultur dan sensitifitas Specimen kultur tunggal dikumpulkan di tempat steril. Tujuan nya adalah untuk mendiagnosa infeksi bakteri, memilih antibiotic dan mengevaluasi pengobatan. Memerlukan wktu 48-72 jsm untuk mendapatkan hasil. Menginstruksikan pasien untuk mendapatkan specimen yang baik (lihat pewarnaan gram. Jika pasien tidak bisa mengeluarkan specimen, bronkoskoi bisa digunakan.
Pewarnaan gram Pewarnaan pada sputum dimaksudkan untuk mengklasifikasi bakteri gram negative dan positif. Hasilnya memandu terapi hingga hasil kultur dan sensitifitas didapatkan. Instruksikan pasien untuk mengeluarkan sputum ke dalam wadah setelah batuk dalam. Yang diambil sputum atau cairan mukioid bukan saliva. Ambil specimen pada pagi hari setelah gosok gigi karena secret banyak terkumpul disepanjang malam. Jika tidak berhasil coba meningkatkan pemberian cairan melalui mulut kecuali cairan dibatasi. Kumpulkan sputum dalam wadah steril selama suction atau dengan secret yang diaspirasi dari trakea. Kirim specimen ke laboraturium.
Kultur  dan acid – fast smear Tes ini dilakukan untuk mengumpulkan untuk acid- fast bacilli (seperti mycobacterium tuberculosis). Specimen yang dibutuhkan adalah sputum di pagi hari. Instruksikan bagaimana cara mengeluarkan specimen yang baik. Tutup specimen dan kirim ke laboraturium untuk dianalisis.
Citology Specimen sputum tunggal dikumpulkan pada wadah special dengan  solution fixative. Tujuan nya adalah untuk mendapatkan tanda-tanda kehadiran sel-sel abnormal yang bisa mengindikasikan kondisi malignansi. Kirim specimen ke laboraturium segera. Instruksikan pasien untuk mendapatkan specimen yang baik. Jika pasien tidak bisa mengeluarkan specimen, bronkoskopi bisa dilakukan.
RADIOLOGI
X ray dada/ chest x ray Tes ini dilakukan untuk melihat, mendiagnosa dan mengevaluasi perubahan. Yang paling biasa dilakukan adalah PA dan lateral Instruksikan pasien untuk melepaskan pakaian sampai ke pinggang. Pasang pakaian khusus x ray dan lepaskan segala asesoris besi antara leher dan pinggang.
Computed Tomography (CT) Tes dilakukan untuk diagnosa lesi-lesi yang sulit untuk dikaji dengan cara x ray konvensional. Hasil gambar menunjukkan struktur secara potong silang. Sama dengan chest x ray. Zat Kontras media diberikan secara IV. Evaluasi dari BUN dan kreatinin serum selesai dilakukan saat kontras terlihat saat pengujian renal. Kaji apakah pasien alergi terhadap shellfish (iodine) karena kontras berbahan dasar iodine. Pastikan bahwa pasien cukup mendapatkan cairan sebelum dan sesudah prosedur untuk mengeluarkan pewarna kontras.ketahui bahwa penyuntikan kontras dapat menyebabkan rasa panas dan memerah. Instruksikan pasien bahwa dia harus berbaring pada meja yang keras dan skener akan bergerak disekitar tubuh dengan bunyi klik. Beberapa pasien mungkin membutuhkan sedatif sebelum prosedur dilakukan, kebanyakan skener mempunyai batas beban jadi cek dengan di bagian radiologi sebelum mengirim pasien obesitas untuk scanning.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) Tes ini digunakan untuk melihat lesi yang sulit dikaji dengan CT scan (seperti apex paru-paru dekat dengan tulang belakang). Sama dengan chest x  dan CT Scan, kecuali media kontrasnya tidak mengandung iodine. Jika pasien seorang pasien seorang chlostropobia anjurkan pasien relaksasi dan cara-cara lain sebagai koping karena pasien dimasukkan ke dalam lorong sampai dada adalah ruang magnet dan wajah mungkin sangat dekat pada lorong tsb. Pasien harus melepaskan semua jenis metal (perhiasan dan jam tangan) yang digunakan pada seluruh tubuh sebelum pemeriksaan dilakukan. Pasien dengan face maker dan kardioverter-defibrilator/non implant tidak bisa melewati MRI. Pasien dengan metal implant harus diskrining apakah mereka bisa menjalani MRI.
Ventilation Perfusion (V/Q) scan Tes ini digunakana untuk mengindentifikasi area pada paru-paru yang tidak dapat menerima aliran udara (ventilasi) atau aliran darah (perfusi). Ventilasi tanpa perfusi menunjukkan kemungkinan embolus paru. Sama seperti chest x ray. Tidak ada precaution setelahnya karena gas dan transmisi isotop radioaktip hanya untuk interval yang sangat pendek.
Pulmonary angiogram Dilakukan untuk menvisualisasi vaskulator paru-paru dan melokalisasi obstruksi atau kondisi patologi seperti emboli paru. Medium kontras di injeksikan melalui kateter kedalam arteri pulmonary atau bagian kanan dari jantung. Sama seperti chest x ray (lihat CT Scan untuk media kontrasnya). Cek sisi yang dapat penekanan saat pemeriksaan setelah prosedur. Monitor tekanan darah, denyut nadi dan sirkulasi distal pada bagian yang diinjeksi. Laporkan dan catat perubahan-erubahan yang significant.
Positron emiciens temography (PET) digunakan untuk  membedakan nodul paru maligna dan benigna. Mencaakup injeksi IV pada radioisotop secara IV dengan waktu paruh yang singkat. Sama seperti chest x ray. Tidak ada precaution yang diperlukan setelahnya karena transmisi rad ioisotopnya hanya pada interval yang singkat. Tingkatkan pemberian cairan setelahnya untuk mensekresikan atau mengeluarkan substansi-substansi radioaktif.
ENDOSCOPY EXAMINATION
Bronkoskopi Fiberoptik scope yang flexible digunakan untuk diagnosis, biopsy, mengumpulkan specimen, atau mengkaji perubahan, itu mungkin juga bisa digunakan untuk mensuction mucus di paru-paru, kumbah paru atau membuang semua benda-benda asing. Instruksikan pasien untuk pada status NPO untuk 6-12 jam selama tes. Lihat tanda-tanda yang akan mengganggu pemeriksaan, berikan sedative jika diperlukan. Setelah prosedur jaga pasien NPO sampai reflek menelan kembali dan monitor apakah ada edema laryngeal, monitor hilangnya efek sedative. Jika adanya Mucus atau darah itu kejadian yang abnormal. Jika biopsy sudah selesai monitor adanya pendarahan dan hemothoraks.
Mediastinoscopy Dilakukan untuk inspeksi dan biopsy pada node lymp di area mediastinal. Siapkan pasien untuk intervensi bedah. Kaji tanda-tanda bahaya. Setelahnya monitor sseperti pada bhronkoskopi.
BYOPSI
Biopsi paru Specimen bisa diambil dengan transbronkial, perkutaneus atau transtoracic needle aspiration (TTNA), video –assisted thoracic surgery (VATS), atau biopsy paru terbuka. Transbronkial dan VATS biopsy dapat dilakukan pada saat bronkoskopi. TTNA dilakukan sepanjang pelaksanaan CT diruang radiology. Biopsy paru terbuka dilakukan diruang operasi (operating Room). VATS juga bisa dilakukan diruang operasi. Tes ini digunakan untuk mengambil specimen yang akan dianalisa dilaboraturium.. Sama dengan bronkoskopi jika prosedur selesai dengan bronkoskopi dan thoracotomi jika biopsy paru terbuka selesai dilakukan.

Dengan TTNA periksa suara nafas sampai 4 -24 jam dan laporkan jika ada respirasi distress. Periksa pendarahan bekas luka insisi .chest x ray harus selesai setelah TTNA atau bhronkial biopsy untuk memeriksa adanya pneumothoraxs.

With VATS, chest tube setelah prosedur harus tetap dijaga sampai paru kembali mengembang. Monitor suara nafas untuk mengikuti pengembangan dada. Disarankan bernafas dalam agar paru terinflasi kembali. Kaji tanda-tanda bahaya untuk semua prosedur.

PEMERIKSAAN YANG LAIN
Thoracosintesis Dilakukan untuk mendapatkan specimen dari cairan pleural untuk didiagnosa, untuk membuang cairan pleura, atau  untuk tetap menggunakan pengobatan. X ray dada selalu dilakukan setalah prosedur untuk memeriksa apakah ada pneumothoraks. Jelaskan prosedur pada pasien dan mengkaji tanda-tanda bahaya sebelum prosedur yang biasanya dilakukan diruang pasien. Posisikan pasien dengan posisi miring, instruksikan pasien untuk tidak bicara atau batuk dan damingi saat prosedur. Kaji apakah ada tanda-tanda hipoksia atau pneumotorak dan kaji bunyi nafas setelah prosedur dilakukan. Anjurkan nafas dalam untuk mengembangkan paru. Kirim specimen yang sudah dilabel ke laboraturium.
Pulmonary function test Dilakukan untuk mengevalluasi fungsi paru, meliputi penggunaan spirometer untuk mendapatkan pergerakan udara pasien saat pasien bernafas. Hindari penjadwalan pemeriksaan segera setelah makan. Hindari penggunaan inhalasi bhronkolator 6 jam sebelum pemeriksaan. Jelaskan prosedur pada pasien. Kaji apakah ada distress respiratori selama prosedur dan laporkan. Istirhatkan setelah prosedur.

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini) dan secara holistic caring. Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien antara lain: tes diagnostik yang sesuai dengan diagnosa medis pasien.

Data hasil pengkajian keperawatan secara holistic caring merupakan dasar yang digunakan oleh perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi. Tanpa pengseorang pengkajian keperawatan yang lengkap dan holistic seorang perawat tidak akan bisa melakukan asuhan keperawatan secara holistic caring.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.(2007). Textbook of medical surgery Nursing. 7th ed.

Lippincott Williams&Wilkins

Guyton AC and Hall JE, 2000, Textbook of Med. Phys, 10th Ed, Saunders

Philadelphia

Hudak & Gallo.(1997). Keperawatan Kritis pendekatan Holistik. EGC: Jakarta

Lewis, et al. (2010). Medical Surgical Nursing “Assesment and Management of      Clinical Problems”. Philadhephia: Mosby.

Somantri, iman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada

            Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

cerita malam (ketika kantuk tak kunjung datang)

Malam ini bertolak belakang dengan malam kemarin, malam ini saya sama sekali tidak ngantuk. Mungkin akumulasi dari malam kemaren yang kelebihan jam tidur buat tubuh saya. udah 11.21 wib tapi tak sekalipun saya menguap, sudah saya stimulus dengan baca buku2 yang lumayan “berat” sebut saja hal2 yang berkaitan tentang  Sel somatotropi, Sel laktropin, Sel kortiokotropik,Sel Gonadotropik, Parathormone, dan lain sebagainya tapi rasa kantuk tak jua muncul, saya ganti2 chanel tv siapa tau ada siaran yang mengundang kantuk, tapi tak berhasil juga, yang ada smash  lagi diwawancarai oleh mas tukul, film kungfu yang udah di dubbing, ftv yg ceritanya Indonesia bgt, acara penampakan arwah gentayangan, kebetulan malam jumat  hiiii….hiiii…ampun dah…

saya beberapakali ngecek handhone, mungkin ada sms masuk dari seseorang yang mengalami kondisi yang sama seperti yang  saya rasakan malam ini. Tapi ternyata tidak ada. Teman yang saya ajak ke gramedia keesokan harinya pun tak kunjung membalas sms saya. betapa sulitnya mencari teman untuk ke gramedia sekarang, apalagi yang betah nungguin saya berjam2 berkeliling meskipun tak jarang saya tak jadi membeli buku satupun hehehe… sebenarnya pergi sendirian ke gramedia tak masalah buat saya, namun terkadang sy butuh seorang teman, untuk mendengar ocehan saya seperti “gila..buku ini bagus banget, sy pengen beli…yahh..harganya mahal…” atau “bukunya seh biasa aja, tapi lagi diskon, beli gak ya..”, hahhaha ketahuan pelitnya ;), kadang pada situasi tersebut saya butuh second opinion dari orang lain. paling tidak ada yang ngingatin saya “mel..jangan ngences di gramed dong hehe…”

saya belum ngantuk juga udah jam 11.41 wib, disiaran tv yang gak jelas namanya apa lagi muterin lagu when you believe Mariah carey dan whitney Houston…lagu yang  keren bgt dan tak membuat jemu, kira2 suara saya bisa sebagus itu gak ya?biar saya jawab saja “tidak mungkin”. Saya memandangi tv lekat2, trus keingat sejarah membeli antenanya.. kata temen saya antena yang paling bagus adalah yang paling mahal, berharap dapat menonton dengan nyaman, saya pun membeli yang paling mahal disalah satu toko… dan teori teman saya sepertinya meleset tajam karena sya Cuma dapat 2 siaran tv yang tidak banyak semutnya. Yang terbaik belum tentu yang termahal…;(

ternyata sy mendengar suara2 dari kamar sebelah, berarti saya tidak sendiri malam ini yang terjaga… saya berkunjung kesebelah sepertinya mereka lagi menonton sebuah film. “hai…lagi nonton apa?”, “nonton film india kak, tapi gak ada teks nya”, “lho..emang kalian udah bisa bahasa india ya?’

“belum seh…hehe…”, gilaaa cinta bgt mereka sama bollywood 😉

12.01 wib. Saatnya berkompromi dengan kasur.

#rasa ngantuk adalah nikmat yang jarang kita syukuri…

kali ini, dengarkanlah aku…

Akhirnya aku tiba di suatu titik

Dimana aku tak bisa lagi menahan rasa kecewa ini pada mu

Kecewa yang tadinya kutahan berubi-tubi

Akhirnya keluar juga dalam bentuk letusan kecil

Yang kuteriakkan ditelinga mu kemarin..

 

Aku merasa sangat sempit dikelapangan ini

Knapa kau tak pernah ingin berbagi pilu kepadaku

Kau hanya membagi tawa-tawa palsu

Yang membuatku semakin membenci keberadaanku disisi mu

 

Mungkin kenakalan kecilku membuat mu tak ingin lagi berbagi bersamaku

Tapi tau kah kau, semua itu kulakukan karena aku sering kali kau abaikan

Aku ingin menjadi bagian sepotong kisah-kisah mu yg selalu pelit kau bagi

 

Hingga kini, aku tak pernah mengerti setiap alur berpikirmu

Aku sebenarnya sangat marah padamu

Marah atas kebodohanmu yang membuat kami terluka

Knapa tak mendengarkan ku sekali saja..

Sekali saja anggap aku sedikit berarti..

 

aku telah mencoba memahamimu

tapi ini terlalu membuatku sedih, kecewa, sangat kecewa…

sudahlah.. terlepas dari semua rasa yang kau pendam

kali ini dengarkanlah aku

kau berada dipikiran mu yang salah

berpalinglah..

aku mohon kembali..

dan jangan ulangi lagi..

 

aku mungkin bisa berbuat lebih

tapi semua kekuatan itu ada pada dirimu

kau yang seharusnya berusaha

 

terlepas dari semua masa lalu yang tak semua indah itu

kau merupakan kakak terbaik yang pernah ada

meski kita hampir disemua elegi tak pernah satu rasa

 

senja ini, kulihat kau mulai membohongiku lagi

kau juga terlalu rapuh untuk itu

kali ini dengarkanlah aku

kau berada dipikiran mu yang salah

berpalinglah..

aku mohon kembali..

dan jangan ulangi lagi..

tak usah manis-manis, karena kami sudah manis ;)

Salah seorang  teman pria saya  pernah bercerita, kalau ada wanita yang menyukainya. tapi teman saya ini, hanya menganggap nya sebagai seorang teman biasa. Tapi menurut saya dalam hal suka menyukai ini, cenderung memang melibatkan kerjasama dua belah pihak. Maksudnya begini, dalam suatu kejadian, proses sebab akibat itu akan selalu terjadi. Dan menurut pendapat saya perasaan si wanita ini tidak bisa disalahkan sepenuhnya, karena dari yang sy tau si teman saya juga sering memberi perhatian kepadanya, baik secara tersurat (misalnya memberi perhatian melalui sms) atau pun yang tersirat (dari bunyi suara ketika sedang nelpon*hehe sotoy saya mungkin begitu lah)…

Dan efek samping dari perhatian intens tadi muncul sudah kepermukaan, maksudnya si wanita akhirnya menyukai teman sy tadi melebihi dari teman biasa. Kejadian seperti ini sering terjadi ketika kita menjalin hubungan antar sesama manusia hehhe… maksud nya hanya ingin menjalin pertemanan tapi kadang kala kebablasan juga, nyelip2 lah perasaan yang tak menentu itu tsaaahhhhh ;P.  Akhirnya teman saya ini dibuat pusing oleh masalah yang sebenarnya efek dari perbuatan nya sendiri.

Untuk itu ijinkan sy sedikit mengulasnya ;). Pada dasarnya perempuan adalah makhluk yang lembut dan manis (kayak kue tart aja hehe), mudah tersentuh hatinya dengan perhatian-perhatian yang diberikan dari lawan jenisnya. Siapa yang tidak cenat cenut menerima sms lebih sering dari jadwal sholat, dari mulai nanya kabar, lg ngapain, udah makan, udah tidur, selamat tidur, dan lain sebagainya.. cenat cenut disini mempunyai dua makna, cenat cenut karena bahagia atau sebaliknya cenat cenut pengen ngejitak tu orang kerajinan bgt sms2 gak penting ke hape gue…arghhh..;P.. hehhe..

Jadi begini saja, karena kami perempuan ini sudah manis, tidak usahlah terlalu bersikap manis-manis kepada kami, karena mungkin akan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Kecuali klw emang sengaja ingin menimbulkan efek samping….

Untuk itu kita para wanita berhati-hatilah menerima perhatian pria yang bukan dari suami atau saudara-saudara kita. Seperti rumor yang beredar laki-laki itu seperti srigala, hadehh..menyeramkan sekali ;). Saya juga mengingatkan kembali kepada diri saya untuk hati-hati menjaga hati. Kita sering mengatakan, “serius kita tuh Cuma temenan, gak lebih..” tapi ketika cek inbox di hp, gilaa…sms dia banyak banget ya…

Hehehe..*sekian ;P

epilog: lelaki itu seperti srigala, tapi sayang perempuan  penyayang binatang…

#Is it true????

cinta itu harus memiliki

Cinta itu tak harus memiliki, itu pepatah yang sudah akrab terdengar dan beredar luas di kalangan manusia-manusia yang cenderung mencinta hadehh…;p, pernah dulu dengar seorang senior membacakan curriculum vitae yang motto nya adalah cinta itu harus memiliki. Kalau dulu seh saya berpikiran, ish…. pasti tu abang mencari sensasi biar motto nya lain dari pada yang lain, atau mungkin dia orang nya suka maksa, kalau suka sama sesuatu harus dapat.

Tapi seiring waktu berjalan, saya mulai mikir ternyata prinsip si senior itu wajib ditiru. Alasan nya sederhana saja, untuk apa mencintai sesuatu yang tak bisa kita miliki, toh hanya bikin sakit hati saja. Jadi cukuplah kita mencintai sesuatu yang sudah jelas menjadi milik kita. Yaaa….kalau bisa seh kita miliki semua yang kita cintai. Tapi kan pada kenyataan nya tidak seperti itu, tidak semua yang kita cintai juga membalas mencintai kita, tidak bisa yang ingin kita miliki juga ingin memiliki kita. Atau yang sedikit tragis udah saling mencinta dan saling ingin memiliki tapi lingkungan yang tidak mengijinkan, misalnya orang tua tidak menyetujui, atau belum punya modal untuk melangkah lebih maju. Banyak lah kendala yang mencakup hal ini. Karena pertimbangan itulah saya menjiplak motto hidup si senior. Bahwa cinta itu harus memiliki, yang artinya bukan memaksakan orang yang kita cintai harus mencintai kita kembali. Tapi cukuplah mencintai sesuatu yang bisa kita miliki. Yaaa seperti itulah.

Terkait dengan hal ini, saya sudah cukup berpengalaman tseehhhh..maksudnya saya pernah melihat teman-teman saya yang mencintai seseorang tapi orang tersebut tidak membalas, menyakitkan sekali bukan?apalagi orang yang yang kita sukai malah mencintai orang yang kita kenal atau teman kita sendiri huaaaaaaaa…..pengen guling2 saking sedih nya kan# cinta mu tak harus miliki diriku hahhay…teriris-iris…

Banyak pengalaman-pengalaman lucu, dudul, konyol tapi kadang mengharukan juga. Ada salah seorang teman menyukai seorang pria, bertahun-tahun lamanya, karena dia tipe orang yang vocal klw suka dia biasanya langsung bilang-bilang, gak bilang langsung ke orang nya seh tapi bilang hampir ke semua teman-teman dikelas,  jadi kami tahu gimana perasaan nya. Tapi ternyata diakhir si pria yang disukai oleh teman saya tersebut menikah dengan senior kami dkampus. Hiks..hiks.. sedihkan?? Haduh…kabarnya dia sampe nangis gitu…sebagai sesama perempuan, saya benar2 bersimpati dengan dirinya dan berusaha menguatkan.

Saya belajar banyak hal dari situ, sepertinya mencintai dalam diam itu lebih baik, sehingga jika dia bukan orang yang tepat dipilhkan Tuhan untuk kita, cukup lah hanya kita dan Tuhan saja yang tahu. Tak perlu orang lain ikut mengetahuinya. Tapi susah juga seperti itu hehehe perempuan terkadang sulit menyembunyikan perasaan nya, ngobrol ngalor ngidul dengan sahabat ehh..keceplosan bilang “aku suka sama si Fulan lho..atau kalau pun tidak bilang ke orang nya, bahasa tubuh lainnya memancarkan bahasa cinta tseehhhhhh… misalnya kalau si dia gak ada ngasih kabar, kitanya langsung cemas, atau curi-curi pandang, takikardi gak jelas klw dekat si dia, dan lain sebagainya.

Tapi tak jarang teman2 menjadi supporter yang aktif sehinggga suasana menjadi ricuh, misalkan saja dulu waktu kuliah saya pernah dijodoh2in dengan seorang pria oleh teman2 saya, saya juga heran knapa bisa saya, karena saya saja jarang sekali berkomunikasi dengan pria tersebut, apalagi sampai punya perasaan suka. Saya mencoba menanyakan kepada seorang teman yang sangat gigih menjodohkan saya dengan pria tersebut, alasannya sama sekali tidak masuk akal dan mengada-ngada. Tapi ya sudahlah, semakin saya protes mereka semakin menjadi-jadi, lalu saya putuskan untuk diam saja, toh lama kelamaan mereka juga capek sendiri. Ada beberapa teman yang sengaja menempatkan kami satu mobil ketika mo pergi walimahan ke acara senior, atau meledek ketika lagi kumpul rame-rame. Hasilnya ternyata diluar dugaan, saya mulai memikirkan gimana kalau benar2 saya menyukai pria tersebut yang menurut saya sebenarnya dia pria yang sangat baik sekali hadehhhh…. Jadi kepikiran, trus kalau ketemu si pria saya jadi malu-malu gak jelas, cenat-cenut, takikardi, dan merasa aneh. Tadinya kami yang biasa2 saja jadi saling kikuk kalau ketemu. Huffftttt..untung semua nya tak berlangsung lama, kalau tidak huaaaaa…tak tau lah… bahkan klw selisih jalan dengan nya saya berusaha menghindar, atau mencari jalan pintas yang kemungkinan ketemu si dia sangat kecil hehhhehe…

Untuk itulah saya memaknai cinta adalah pernikahan. Karena pernikahan adalah memiliki. Berbahagialah orang-orang yang telah menikah. Atau sudah di khitbah dan akan segera menikah. Dan jangan berkecil hati klw belum ada tanda2 ke arah sana. RIzki, jodoh, ajal adalah rahasia Tuhan, yang tak perlu kita khawatirkan. Karena Tuhan adalah sebaik2 perencana. Bukan kah begitu sahabat??? 😉

Bukan bermaksud mengadili atau menilai, tapi saya suka heran dengan orang yang masih berpacaran sudah memanggil mama, papa, ayah, bunda, mimi, pipi, atau orang yang mencium tangan kekasihnya sebelum berpisah sementara dengan orang tua sendiri saja dia tidak seperti itu. Tidak kah itu terkesan aneh??

Yaaa..begitulah. saya memutuskan tidak pacaran. Sebagian orang dan keluarga saya pun menganggap saya aneh, dan tak jarang teman-teman mengatakan walaupun dengan candaan “kasihan banget seh, udah lama ngejomblo, makanya pacaran biar mengerti rasanya berbunga-bunga” hehehe.. biasanya saya  Cuma ketawa saja. Ada juga yang nanya, emang gak ada yang suka sama kamu ya? Atau makanya jangan terlalu pilih-pilih.. kalau yang suka saya seh banyak, tapi…hehehhe..kepedean gak jelas 😉

Nantilah..ada masanya pria yang baik datang menawarkan hubungan yang lebih mulia. Kita hanya perlu bersabar #walau terkadang susah…;p

Cinta itu harus memiliki. Kalau tak bisa dimiliki buat apa dicintai.

Iya kan?

*buat teman2 tercinta 😉

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.